Kisah ini terjadi sebelum Gus Dur menjadi presiden.
Baca Juga : Harlah NU: Kecewa terhadap Masyumi, Nahdlatul Ulama pun Sempat Menjadi Partai Politik
Selesai ceramah, Gus Dur pamit kepada kyai tuan rumah untuk meneruskan kunjungan ke pesantren berikutnya.
Sambil pamit, Gus Dur bilang, “Aku titip Hikam di sini.”
Waktu itu AS Hikam belum kondang. Sang kyai menyangka “Hikam” adalah nama sebuah kitab.
Ia pun mengiyakan begitu saja pesan Gus Dur.
Begitu Gus Dur pergi, sang kyai segera mencari “kitab” itu.
Dicari-cari tak juga ketemu, akhirnya ia mengerahkan para santri untuk mencari di mana gerangan kitab itu diletakkan.
Kekonyolan ini baru berakhir setelah ia diberi tahu oleh seorang santri yang kebetulan telah mengenal nama AS Hikam.
“Oh… jadi Hikam itu nama orang.”
Masih tentang keluguan warga NU, kisah ini terjadi di gedung PBNU di Jln. Kramat Jakarta.
Serombongan pengajian ibu-ibu, mencoba lift untuk naik ke lantai atas.
Saat hendak masuk lift, mereka melepas sandal seperti hendak masuk ke ruangan yang berlantai suci.
Ketika lift sampai di atas dan pintu terbuka, mereka panik, “Lho, sandalnya di mana?” (emshol)
Baca Juga : Menurut Gus Dur, Tuhan Tidak Perlu Dibela, Walaupun…
Penulis | : | Intisari Online |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR