Ia menggunakan sistem sexagesimal ini untuk menciptakan sistem lintang, yaitu garis-garis horizintal yang melintasi tempat-tempat tersohor di bumi pada masa itu.
Seabad kemudian, Hipparchus membuat garis-garis lintang secara sejajar dan teratur, menurut garis bumi.
Ia juga menciptakan sistem garis bujur dalam 360 derajat dari utara ke selatan, dari kutub yang satu ke kutub lainnya.
Baca Juga : Jangan Dibuang, Silica Gel Punya Segudang Manfaat yang Bisa Diketahui Lewat Warnanya
Dalam karyanya, Almagest (sekitar tahun 150), Claudius Ptolemaeus menjelaskan dan memperluas karya Hipparchus dengan membagi 360 derajat lintang dan bujur dalam bagian yang lebih kecil lagi.
Setiap derajat dibagi menjadi 60 bagian yang dibagi lagi menjadi 60 bagian yang lebih kecil lagi.
Tampilan arloji membagi jam dalam setengah, sepertiga, seperempat, bahkan kadang dalam 12 bagian. Namun, tak pernah dalam 60 bagian.
Bahkan, saat itu jam tak pernah dimengerti sebagai durasi dari 60 menit. Menit dianggap tidak praktis untuk ditampilkan pada arloji hingga mendekati akhir abad ke-16, hingga terciptanya arloji yang lebih canggih.
Artikel Ini Pernah Tayang di National Geographic Indonesia dengan Judul "Mengapa 1 Jam Terdiri dari 60 Menit? Sejarah Ini Mungkin Jawabannya."
Source | : | National Geographic Indonesia |
Penulis | : | Afif Khoirul M |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR