Advertorial
Intisari-Online.com – Pada 14 November 2016 lalu, gempa berkekuatan 7,8 Skala Richter mengguncang Selandia baru.
Gempa bumi itu juga disertai adanya tsunami setinggi 2,49 meter, dimana Perdana Menteri Selandia Baru, John Key melaporkan dua orang tewas akibat bencana itu.
Gempa tersebut menyebabkan kerusakan luas di pulau selatan negara itu tepatnya di sekitar Kaikoura, sekitar 95 km dari Christchurch.
Gempa, juga memunculkan fenomena tanah di North Culverden Basin bergeser sejauh sembilan meter.
Baca Juga : Tembok 'Pengurung' Rumah di Jombang Siap Dibongkar, Asal Pemilik Rumah Berhenti Mengolok-olok
Tidak hanya itu, di pedesaan sekitar Waiau, sekitar 30 km sebelah timur Hanmer Springs, dimana guncangan gempa dirasakan begitu kuat, membuat tanah secara vertikal terangkat ke atas membentuk dinding panjang.
Dinding alami ini tingginya hingga 15 kaki (4m) dan membentang bermil-mil jauhnya.
Foto-foto yang menunjukkan bagaimana gempa membentu dinding di Gunung Lyford, diambil oleh Dr. Kate Pedley, dari Departemen Ilmu Geologi Universitas Canterbury.
Ia dan rekan-rekannya mendapat izin untuk masuk ke wilayah tersebut.
Baca Juga : Pria Ini Dapat Rp150 Juta per Bulan Hanya dengan Menual Kartu Ucapan dari Kentang! Wah, Bisa Ditiru Nih!
Fenomena serupa juga terlihat di pantai-pantai, di mana sebagian dasar laut didorong keluar dari air lebih dari enam kaki.
Bebatuan yang tertutup rumput laut dan hewan-hewan laut pun terlihat di atas permukaan laut.
Biasanya bagian dasar laut tersebutr akan menurun secara bertahap selama berabad-abad, tetapi yang terjadi di garis pantai Kaikoura dpat menjadi fitur permanen, menurut GNS Science, sebuah lembaga penelitian milik pemerintah Selandia Baru.
Selandia Baru sendiri memang sering dilanda gempa karena terletak di apa yang dikenal sebagai Cincin Api.
Sebuah jalur yang sering dilanda gempa dan letusan gunung berapi yang letaknya mengelilingi hampir seluruh pasifik.
Baca Juga : Berkenalan dengan Raisa, Mobil yang 'Nyanyiannya' Bisa Bikin Demonstran Mual dan Lari Terbirit-birit