Intisari-Online.com – Bendera Merah Putih, apalagi yang bernilai sejarah, selalu mendapat penghormatan di hari peringatan proklamasi negeri ini, saban bulan Agustus.
Salah satunya bendera yang kini menjadi koleksi Museum Pos dan Giro Bandung. Reputasinya mungkin tak seharum Sang Saka jahitan Ibu Fatmawati, tapi kisahnya tetap asyik untuk dinikmati.
Kisah dari tulisan Her Suganda ini patut kita simak, Merah Putih Kok Dibilang Bendera Komunis, yang dimuat di Majalah Intisari edisi Agustus 2009.
Merah Putih satu ini - yang asal-usulnya dari Kantor Pos Jakarta memang menyimpan sejumlah kisah unik.
Misalnya, saat proses penggantian bendera yang sudah kucel itu dengan bendera baru, hampir saja merenggut nyawa petugasnya.
Baca Juga : Sama-sama Merah Putih, Bendera Indonesia dan Monako Ternyata Berbeda, Lo!
Maklum, saat itu menaik-turunkan Merah Putih bukan perkara gampang. Jika gegabah dan tanpa perhitungan, bisa-bisa petugasnya kena incaran sniper tentara Sekutu ataupun NICA.
Beruntung, Tuhan memberi mukjizat. Cuaca yang tadinya cerah bisa mendadak berubah gelap, lalu turun hujan deras, sehingga para tentara kocar-kacir mencari perlindungan.
Saat suasana "khaos" itulah, proses turun-naik Merah Putih lebih aman dilaksanakan.
Surah Yaasin tujuh kali
Siang menjelang tengah hari, 20 Desember 1945, Kepala Kantor Pos Jakarta, M. Abdoerahim Djojodipoero sedang berdoa di salah satu ruang kosong yang letaknya tidak jauh dari ruang kerjanya.
Baca Juga : 5 Bendera Tertua yang Dipakai Negara di Dunia, Salah Satunya Harusnya Milik Indonesia
Hari itu ia berniat mengganti Sang Saka Merah Putih yang dikibarkan sejak tanggal 17 Agustus 1945.
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR