Advertorial
Intisari-Online.com - Selasa, 12 Juni lalu, dua tokoh yang paling menjadi sorotan dunia, Kim Jong-un dan Donald Trump, bertemu guna membicarakan kesepakatan denuklirisasi Korea Utara.
Isi kesepakatan pun telah ditandatangani oleh kedua belah pihak, namun, sangat sedikit kesepakatan yang berjalansejak itu.
Kesepakatan yang terjadi di Singapura tidak memberikan rincian atau mekanisme untuk memverifikasi proses denuklirisasi.
Aktivitas pengembangan nuklir di Korea Utara masih berjalan, yang diketahui dari gambar yang berhasil terekam oleh satelit beberapa waktu setelah kesepakatan itu terjadi.
Baca Juga : Makin Mantap Ingin Berdamai, Kim Jong-un Kirim Hadiah Senilai Rp19,8 Miliar kepada Korea Selatan
Awal bulan September, saat presiden Korea Selatan, Moon Jae-in mengunjungi Pyongyang.
Moon mengatakan dia telah'dapat mengkonfirmasi komitmen tegas Kim Jong-un untuk menyelesaikan denuklirisai' dan juga ingin bertemu Trump segera.
Kim berjanji akan membongkar tempat uji coba dan peluncuran rudal utama Korut, juga mengatakan dia bisa menutup situs uji nuklir utama jika AS mengambil tindakan yang saling menguntungkan.
Trump juga mengatakan bahwa dia mengharapkan untuk adanya KTT lanjutan dengan Kim.
Baca Juga : 50 Juta Akun Facebook Dibobol, Pengguna Instagram dan WhatsApp Harus Waspada
Namun, baru-baru ini, Menteri Luar Negeri Korea Utara,Ri Yong-ho mengatakan ada 'ketidakmungkinan' Kim Jong-un akan melakukan denuklirisasi sementara AS terus menganiaya negara tersebut dengan sanksi yang melemahkan.
Ri Yong-ho mengatakan kepada Majelis Umum PBB (UNGA) pada hari Sabtu (29/9/2018) bahwa sanksi lanjutan semakin memperdalam ketidakpercayaan negara tersebut terhadap AS.
Ri Yong-ho berkata tidak mungkin negara akan menyerahkan senjata nuklirnya secara sepihak dalam situasi seperti ini.
Dia mengatakan kepadaUNGA bahwa Korut telah mengambil 'langkah-langkah baik yang signifikan' selama setahun terakhir, seperti menghentikan uji coba nuklir, dan berjanji untuk tidak meningkatkan jumlah senjata nuklir, dan teknologi nuklir mereka.
Baca Juga : Begini Kondisi Masjid Apung di Donggala Setelah Tsunami: Bangunannya Tidak Hancur tapi Posisinya Bergeser
Yong-ho mengatakan, "Namun, kami tidak melihat respon yang sesuai dari AS."
Dia juga mengatakan bahwa sanksi akan membuat Korut bertekuk lutut adalah hanya sebuah mimpi dari orang-orang yang tidak tahu tentang Korut yang sebenarnya.
Sanksi lanjutan yang diberikan AS kepada Korut hanya menambah ketidakpercayaan mereka dan menciptakan kebuntuan dalam hubungan diplomatik saat ini.
Langsung ditujukan ke AS, Yong-ho, "Tanpa kepercayaan di AS, tidak akan ada kepercayaan pada keamanan nasional kita."
"Dalam keadaan seperti itu, tidak mungkin kita secara sepihak melepaskan diri terlebih dahulu."
Korea Utara telah berulang kali meminta sanksi dari PBB dan AS untuk dicabut.
Namun, AS mengatakan sanksi harus tetap berlaku sampai denuklirisasi Korea Utara.
Baca Juga : Kisah Maurizio Zanfati, Playboy yang Sudah Meniduri 6.000 Wanita dan Meninggal Saat Berhubungan Intim