Advertorial
Intisari-Online.com – Diperkirakan sudah 383.000 orang tewas akibat perang sipil Sudan Selatan, menurut laporan baru.
Dilansir dari nytimes.com pada Rabu (26/9/2018), laporan yang diterbitkan oleh London School of Hygiene dan Tropical Medicine, mengungkapkan bahwa sekitar separuh dari korban tewas terbunuh dalam pertempuran.
Sementara separuh lainnya meninggal karena penyakit, kelaparan. dan penyebab lainnya diperburuk oleh konflik.
Jumlah ini jauh melampaui perkiraan awal dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Sehingga sekarang konflik ini menjadi perhatian PBB dan global.
Baca Juga : Duh! Panik Kena Razia Satpol PP, Pedagang Kaki Lima ini Kabur Tinggalkan Anak-anaknya yang Sedang Tidur
Para peneliti di balik laporan itu berharap, laporan tersebut akan menjadi dasar untuk memahami konflik dan memperkuat respon kemanusiaan.
"Kami berharap bahwa temuan semacam ini menciptakan lebih banyak urgensi untuk memastikan keamanan semua orang di dunia ini, “ kata Francesco Checchi, ahli epidemiologi utama yang terlibat dalam laporan itu.
Jumlah korban bisa lebih banyak
Walau angka tersebut sangat tinggi, Checchi mengatakan angka tersebut bisa jauh lebih tinggi.
Sebab angkat tersebut hanyalah perkiraan komprehensif jumlah korban tewas setelah hampir lima tahun perang.
Menurut para peneliti, laporan tersebut dilakukan sejak awal konflik yaitu pada Desember 2013 hingga April 2018.
Mereka menggunakan statistik populasi dan proyeksi pertumbuhan, dan memfaktorkan dalam intensitas pertempuran, perpindahan, penyakit, akses ke kesehatan peduli dan lebih.
Pada akhirnya, mereka bisa untuk memperkirakan angka kematian per bulan di sebuah kabupaten.
Mayoritas kematian terjadi di negara bagian Equatoria Tengah, serta di negara-negara bagian timur laut Jonglei dan Persatuan. Ketiga lokasi di atas merupakan pusat kekerasan selama perang.
Sementara jumlah korban tewas tertinggi tercatat ada pada tahun 2016 dan 2017.
Baca Juga : Sempat Ingin Selamatkan Haringga, Penjual Bakso di Stadion GLBA Malah Jatuh dan Pingsan