Advertorial
Intisari-Online.com -Pernahkah Anda kencing di kolam renang?
Sebagian besar dari kita mungkin akan menjawab pernah. Bagaimanapun juga, hal ini seolah sudah sangat lumrah terjadi.
Namun sudah tahukah Anda bahwa ternyata kencing di kolam renang sangat berbahaya?
Alasannya bukan karena urin tersebut bisa tertelan saat kita tidak sengaja minum air kolam renang.
Baca Juga : Meski Menjijikkan, Orang Romawi Kuno Gunakan Air Kencing untuk Obat Kumur, Ini Tujuannya
Ternyata ada zat tertentu dalam urin yang sangat buruk bila tercampur dengan air kolam renang.
Zat tersebut bernama uric acid.
Uric acid akan bereaksi terhadap klorin yang ada di kolam renang menjadi zat kimia berbahaya.
Klorin memang mampu membunuh sejumlah mikroorganisme.
Sayangnya, klorin tidak bisa mengenyahkan zat kimia. Ia hanya mengubah zat kimia tersebut.
Salah satu zat yang bisa terbentuk dari reaksi uric acid dan klorin adalah trichloramine (NCl3).
Zat ini terbukti memiliki kaitan dengan sejumlah penyakit pernapasan termasuk asma.
Jika Anda merasa familiar dengan bau yang ada di kolam renang, itulah abu zat trichloramine.
Zat trichloramine sangat mudah berubah dari bentuk cair menuju gas.
Jadi, udara di sekitar kolam renang sebenarnya sangat terpolusi oleh zat beracun ini.
Orang yang berenang selalu terpapar oleh trichloramine dan berpotensi besar mengalami masalah pernapasan.
Tidak hanya urin, keringat ternyata juga dapat berubah menjadi zat beracun saat tercampur dengan klorin.
Jadi, berenang tanpa mandi terlebih dahulu ditambah kencing di kolam renang adalah hal yang sebenarnya sangat tabu.
Efek buruk yang dirasakan oleh orang lain sama saja seperti membiarkan orang di sekitar Anda menjadi perokok pasif.
Selain trichloramine, percampuran klorin dan urine juga akan menghasilkan cyanogen chloride (CNCI).
CNCI merupakan senyawa beracun yang dapat membahayakan organ-organ seperti paru-paru, jantung, dan sistem saraf pusat.
Selain itu urin juga dapat bereaksi dengan disinfektan untuk menghasilkan produk samping bernama DPS.
Nah, DPS inilah yang dapat menyebabkan iritasi pada mata dan sistem pernapasan.
“Masih banyak pemahaman keliru di kalangan pencinta renang bahwa berkemih di kolam renang bisa diterima karena tidak berbahaya,” ujar Ernest R. Blatchley dari Purdue University, Indiana, Amerika Serikat.
“Padahal, sudah banyak peringatan di tempat di sekitar kolam untuk menjaga kebersihan kolam,” tambah profesor yang penelitiannya tentang bahaya berkemih di kolam renang pernah dipublikasikan di jurnal Enviromental Science & Technology itu.
Jadi, apakah Anda masih mau kencing di kolam renang?
Baca Juga : Ini Dia Cara Mengatasi Biduran Tanpa Obat
DIKUATKAN OLEH BERAGAM PENELITIAN
Peneliti asal Kanada mencari tahu berapa banyak jumlah air kencing dalam sebuah kolam renang.
Hasil dari 31 sampel kolam renang yang diuji sangat mengejutkan.
Dalam sebuah kolam renang, kandungan urine mencapai 75 liter yang ditampung selama tiga minggu.
Sementara di kolam lain, ada 30 liter urine.
Untuk mengetahui seberapa banyak kotoran dalam kolam renang, dosen Sekolah Ilmu Teknologi Politeknik Ngee Ann, Singapura, Selvadurai Sathananthan, berhasil mengembangkan teknologi pengolahan air yang sudah dirancangnya lebih dari satu dekade.
Tidak hanya air liur dan air seni, alat ini juga mampu mengukur partikel padat lainnya, seperti kotoran, daun, perban, dan kadang kecoak.
Baca Juga : Di Inggris Saja 78 Persen Daging Ayam Mengandung E.coli
Selain itu, terlalu banyak kandungan amonia (senyawa kimia berupa gas dengan bau tajam yang khas dan dapat merusak kesehatan) di kolam renang dapat menimbulkan masalah pernapasan dan iritasi mata.
"Sumber utama amonia di kolam renang sebenarnya dibawa oleh perenang. Dari kencing mereka, kotoran tubuh, dan cairan lendir yang sangat berkontribusi terhadap peningkatan amonia," kata Sathananthan seperti dikutip dari Channel News Asia, Senin (13/11/2017).
Di Singapura sendiri belum ada penelitian seperti yang dilakukan di Kanada.
Namun, mereka telah mengembangkan tes yang dikenal dengan uji amonia klorin untuk menunjukkan adanya amonia dalam kolam.
Mereka mengumpulkan 10 sampel air dari 24 kolam renang yang ada di Singapura.
Sampel ini diuji di laboratorium reagen (khusus untuk reaksi kimia, biasa dipakai untuk mengetes darah) milik Sathananthan.
Hasilnya, semua sampel positif memiliki kandungan amonia yang ditunjukkan dengan perubahan warna menjadi merah muda meskipun kandungan satu kolam renang dengan lainnya berbeda.
Peneliti senior kolam renang Tampines, Singapura, Derrick Yeo, memastikan bahwa kolam renang memenuhi standar persyaratan yang ditetapkan oleh National Environmental Agency (NEA).
"Sampel air dari kolam renang seperti di Tampines rutin dikirim untuk diuji kadar bakteri dan kumannya," ujar Yeo.
Dia menyebut, hal ini mengikuti Environmental Public Health Act yang mengharuskan operator kolam renang memenuhi kondisi tertentu sebelum kolam digunakan masyarakat.
Paling tidak dalam satu bulan, tim laboratorium terakreditasi akan menganalisis kualitas kimia dan bakteri dalam kolam untuk selanjutnya hasil tesnya wajib diserahkan ke NEA.
"Kami sudah lulus uji selama ini. Kondisi selama ini bisa diterima. Jika lebih banyak orang yang buang air kecil di kolam renang, kondisinya mungkin akan berubah," kata Yeo.
Faktanya, operator kolam renang umum hanya mengganti 10 sampai 12 persen air lama dengan air baru setiap hari.
Baca Juga : Ada Lebih dari 10 Warna Urine dan Semuanya Menjelaskan Kesehatan Anda, Catat Baik-baik!
Air kolam juga tidak pernah sepenuhnya diganti sejak kolam tersebut dibuka pertama kali. Hal ini yang membuat amonia dalam kolam tidak bisa benar-benar hilang.
Bagaimana kolam renang dibersihkan?
Untuk membuat kolam renang aman digunakan, ada tiga tahap filtrasi pada air.
Pertama untuk menghilangkan partikel padat dan tahap terakhir adalah pemberian klorin untuk mematikan bakteri dengan cara memompa klorin ke kolam.
"Namun, kotoran seperti lendir dan urine akan tetap ada di kolam renang, bahkan setelah dilakukan pengobatan," kata Sathananthan.
Sementara itu, Yeo mencatat bahwa klorin tidak terlalu kuat untuk membunuh bakteri dan kuman dengan segera.
"Jadi, penambahannya secara periodik, tetapi kalau kadar klorin terlalu tinggi akan berbahaya untuk kulit," ucapnya.
Selain itu, mereka juga membersihkan dasar lantai kolam dengan vakum satu minggu sekali untuk menghilangkan sedimen yang mengendap di lantai, termasuk kotoran dan rambut.
Kadang penyelam dibutuhkan untuk menggosok bagian lantai kolam untuk menghilangkan ganggang yang bisa jadi tempat bakteri berkembang biak.
Ada juga metode pembersihan lain, yakni dengan menggunakan klorinasi super.
Klorin dalam jumlah besar dimasukkan ke kolam untuk membunuh kuman.
Untuk melakukannya cukup sulit karena berarti harus menutup kolam renang.
Yeo mengungkapkan ada pengecualian, yaitu jika ada pengunjung yang buang air besar di dalam kolam renang.
Baca Juga : Mulai Sekarang, Jangan Lagi Makan Nasi Sisa Kemarin karena Akibatnya Bisa Sangat Berbahaya
Kalau sudah begini, mau tidak mau kolam harus ditutup dan dilakukan klorinasi super.
Tanggung jawab memelihara kolam renang sebenarnya terletak pada penggunanya. Misalnya, kotoran atau bakteri tinja yang tidak terlihat di kulit atau tangan.
Studi dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat mengungkapkan rata-rata orang membawa 0,14 gram kotoran tinja, sedangkan anak-anak bisa membawa sampai 10 gram materi tinja.
Ahli mikrobiologi senior Renugopal dari Marchwood Laboratory Services yang menjalankan tes bakteri di beberapa sumber air Singapura mengatakan bahwa dalam masalah feses terdapat bakteri berbahaya, seperti Salmonella, E coli, dan Coliform, yang menyebabkan diare dan disentri jika tertelan.
Oleh sebab itu, mandi sebelum masuk ke kolam renang sangat dianjurkan untuk menghilangkan bahan organik, seperti pomade dan kosmetik.
Sebuah penelitian yang dilakukan pada 2014 oleh Yayasan Kolam Renang Nasional AS menemukan bahwa bahan organik tadi dapat bereaksi terhadap klorin untuk membentuk trihalomethanes dan chloramines.
Jika kedua elemen ini diproduksi dalam jumlah besar, dapat menyebabkan masalah pernapasan bagi perenang.
Ini saatnya menjaga kolam renang bersama. Bukan hanya untuk kesehatan dan kebersihan diri sendiri, tetapi juga orang lain.
Bagaimana dengan kebersihan kolam renang umum di Indonesia dan pengelolaannya? Rasanya perlu diteliti.