Advertorial

Alfred Hitchcock: Film Horornya Bikin Orang Arab Lupa Makan Kacangnya dan Orang Swedia Tidak Bercinta di Kursi

Moh. Habib Asyhad
K. Tatik Wardayati
,
Moh. Habib Asyhad

Tim Redaksi

Berjuta-juta orang belajar takut kalau melihat film-filmnya. Inilah kisah pembuat film horor terkenal, Alfred Hitchcock.
Berjuta-juta orang belajar takut kalau melihat film-filmnya. Inilah kisah pembuat film horor terkenal, Alfred Hitchcock.

Intisari-Online.com – Berjuta-juta orang belajar takut kalau melihat film-filmnya.

Meski umurnya telah lanjut, masih saja memikirkan pembunuhan yang pelik-pelik.

Inilah kisahnya. Seperti pernah dimuat di Majalah Intisari edisi September 1976, dengan judul asli Alfred Hitchcock Putera Pedagang Ayam yang Takut Darah.

--

Saat-saat terakhir yang dramatis dari film sudah dimulai. Seorang gadis mencari pembunuh. Yang diketahui dari pembunuh itu hanyalah bahwa ia selalu mengedipkan matanya dengan nerveus.

Baca Juga : [VIDEO] Laiknya Film Horor, Monyet Ini Mengalami 'Penyiksaaan' Mengerikan di Pusat Penelitian

Gadis itu berdiri sendirian di antara orang-orang yang sedang minum teh di ruangan masuk sebuah hotel besar. Seorang gembel yang membantu mencari pembunuh berkata, “Agak menggelikan untuk mencari seseorang yang selalu mengedipkan mata di antara orang sebanyak ini.”

Sekarang kamera dilewatkan pada orang ramai dan ditujukan ke pentas di mana para pemain musik duduk. Mereka orang kulit hitam. Pada gambar si pemain drum tampak dengan jelas. Kamera makin mendekatinya dan akhirnya hanya matanya yang memenuhi seluruh layar.

Tiba-tiba matanya berkedip! Sekarang penonton telah tahu! Akan tetap gadis yang malang itu masih saja terjepit antara orang banyak.

Polisi datang. Si pemain drum yang selalu berkedip mata menjadi bingung. la menularkan perasaan bingung ini pada pemain-pemain lain, mereka mulai bermain jelek.

Baca Juga : Jangan Takut Nonton Film Horor! Sebab Anda Bisa Rasakan 3 Manfaat Kesehatan Ini Jika Menontonnya

Gadis itu, polisi-polisi dan si jembel sudah mau meninggalkan ruangan, mereka tidak berhasil. Waktu mereka hendak keluar mereka harus lewat pentas. Si pemain drum jatuh pingsan. Waktu jatuh alat musiknya ikiit jatuh. Terjadi hiruk pikuk.

Gadis, si jembel dan polisi-polisi menengok ke belakang. Ada apa? Gadis mendekati si pemain drum yang pingsan. La berkata: "Saya harus menolong orang ini". Waktu itu juga ia melihat bahwa mata si pemain berkedip-kedip nerveus. Akan tetapi bukankah ia orang kulit hitam?

Gadis itu dengan tenang berkata pada orang-orang yang mengelilinginya: "Berilah saya sebuah handuk, saya ingin mengusap mukanya".

Seorang pelayan memberinya sebuah handuk basah. Gadis itu mengusap muka si pemain drum dan cat hitam melekat pada handuk. Kulit yang putih terlihat. Hanya tiga perkataan yang masih terdengar dalam film itu: "Ya, inilah dia," kata gadis itu. Habis …

Baca Juga : Menggilai Film Horor, Wanita Ini pun Ciptakan 'Bayi Manusia Serigala'

Adegan-adegan ini yang diputar pada tahun 1937 dan merupakan puncak dari film: "Remaja dan tidak bersalah" ini adalah ciri khas bagi seorang sutradara yang sejak setengah abad lebih mengejutkan berjuta-juta orang dalam 57 film dan 300 film televisi. Orang ini adalah Alfred Hitchcock.

Itu ciri khas karena Hitchcock yang dalam film-filmnya tidak hanya semata-mata ingin memburu pembunuh saja. Baginya lebih penting untuk membuat penonton tegang. Untuk mencapai tujuan ini ia mempunyai "akal" yang selalu dipakainya.

“Penonton harus diberi keterangan yang tidak dipunyai oleh para pelaku sendiri. Karena itu ia mengetahui lebih daripada pelaku dan ia dapat memusatkan dirinya pada pertanyaan:"Bagaimanakah tokoh itu dapat mengatasi situasi itu?"

Penonton sudah mengetahui terlebih dahulu di mana pembunuh dengan kedipan mata tadi duduk. Justru karena itu maka akhir film itu menjadi lebih tegang.

Baca Juga : Kisah Horor Dukun AS: Bunuh 42 Wanita Demi Sempurnakan Kesaktian

Perasaan takut, seks dan maut, itulah tema-tema penting yang selalu dimain-mainkan Alfred Hitchcock sebagai akhli horor yang ulung.

Tema-tema itu membawa sukses. Pada tanggal 13 Agustus warganegara Inggeris Alfred Hitchcock berulang tahun. Masih saja dengan berat badan yang melebihi seratus kilo, meskipun ia telah menjalankan diit beberapa kali. Dagunya yang gemuk terbentang di dada.

Ia mirip jamur pucat yang sangat besar yang selalu menemukan adegan-adegan horor yang baru: "Cinta saya kepada layar putih lebih keras daripada moral apapun!"

Sutradara Perancis yang terkenal, Francois Truffaut ("Jules dan Jim") mengatakan tentang orang yang menakutkan ini: "Ia tidak membosankan penontonnya."

Baca Juga : Bak Film Horor, Balita Ini Menggambar 'Teman Imajinasi' dan Menulis Cerita Menyeramkan Tentangnya

Selanjutnya ia berkata: "Film yang dibuat Hitchcock itu demikian tegangnya hingga orang Arab lupa memakan kacangnya, orang Itali tidak merokok, orang Perancis tidak meraba-raba wanita sebelahnya dan orang Swedia tidak main cinta di kursi "

Sejak setengah abad hal yang dikatakan Truffaut benar. Akan tetapi meskipun begitu, Alfred Hitchcock masih saja merupakan orang yang perasa. Misalnya saja pada tahun 1960 ia membuat film tegang yang bernama "Psycho" dalam warna hitam putih saja. Soalnya ia tidak tahan melihat warna darah di layar.

"Memang saya tidak tahan melihat darah," katanya. "Ini bukan ucapan untuk publisitas. Saya seorang penakut dan pengecut. Setiap malam pintu saya kunci rapat-rapat seakan-akan di depan pintu itu ada seorang gila yang hendak mencekik dan memotong leher saya.

Saya takut segala hal: takut maling, polisi, orang banyak dan kegelapan. Saya sanggup melihat mayat yang telah dipotong-potong akan tetapi saya tidak dapat melihat seekor burung yang mati.

Baca Juga : 7 Cara Tak Biasa nan Mudah Singkirkan Kalori Berlebih, Salah Satunya Nonton Film Horor!

Si gendut itu pandai mempermainkan perasaan takut orang lain, karena hidupnyapun dikuasai oleh ketakutan. Jika ia berdiri di depan meja tulisnya di daerah mewah di Bel Air, tempat tinggal kebanyakan orang termasyhur dari dunia perfilman maka ia selalu membersihkan dan merapikan meja tulis itu.

Seakan-akan ia seorang pembunuh yang tidak boleh meninggalkan jejak. Sebelum ia meninggalkan kamar mandi, semua dilap dulu. Dan ia tidak mau mengemudikan mobil sendiri takut kalau-kalau ia harus berhubungan dengan polisi.

Ia tidak mau membaca berita pembunuhan di koran-koran dan ia hanya mau membaca ceritera kriminil kalau ia sedang mencari bahan bagi filmnya.

Meskipun begitu ia menjadi seseorang yang tidak habisnya memikirkan bagaimana orang dapat dikejutkan. Ia senang kalau orang terkejut.

Baca Juga : Khusus Bagi Pemberani, Inilah 6 Boneka Terseram yang Muncul dalam Film Horor!

Hal ini disebabkan karena waktu kecil Alfred Hitchcock masih mengalami pemerintahan Ratu Victoria dan Raja Edward VII. Pada waktu itu ia selalu ketakutan.

Ia anak seorang penjual ayam dan dilahirkan pada tanggal 13 Agustus 1899 di London.

"Kalau ada pertemuan keluarga saya selalu duduk di sudut. Saya tidak berkata apa-apa dan malah hanya memperhatikan orang-orang saja. Saya selalu menyendiri. Saya tidak ingat bahwa saya mempunyai seorang teman. Saya senang duduk sendiri dan main sendiri dan sering menemukan permainan untuk saya sendiri."

Senang film horor karena ditakut-takuti waktu kecil

Baca Juga : Diduga, Rasa Haus Akan Hal Inilah yang Mendorong Banyak Wanita Menyukai Film Horor

Pada suatu hari, "saya barangkali baru berumur empat atau lima tahun," Alfred Hitchcock naik bis sampai ke pemberhentian terakhir dan tidak mempunyai uang untuk pulang kembali. Ia baru pulang jam sembilan malam.

"Kami hidup di daerah London yang disebut Soho. Ayah saya membuka pintu dan tidak berkata apa-apa. Ia hanya memberikan sebuah surat dan berkata: "Bawalah ini ke Watson".

Watson adalah seorang polisi dan teman keluarganya. Waktu Watson membaca surat itu ia memasukkan Hitchcock ke dalam sel dan berteriak: "Nah, begitu yang terjadi jika anak-anak nakal baru pulang jam sembilan malam!"

"Lelucon" ayahnya itu menyerupai "ciri khas" film Hitchcock. Korban tidak menyangka apa-apa. Penonton, dalam hal ini ayahnya sendiri senang melihat korban terjebak.

Baca Juga : Wow! Film Horor Ternyata Bisa Menyebabkan Darah Kita Membeku

Sejak itu maka Alfred Hitchcock yang masih kecil dan pendiam takut polisi. Karena keluarganya beragama Katolik, maka Hitchcock dimasukkan ke sebuah asrama Jesuit di London.

"Di situ ada alat pemukul," ingat Hitchcock, "alat itu terbuat dari karet yang keras. Kalau mendapat pukulan, bukan hanya hukuman biasa, tidak, hukuman itu menyerupai sebuah ekselkusi.

Malam hari orang-orang yang bersalah harus lapor pada seorang guru tertentu yang mencatat nama dan kesalahan dalam sebuah daftar. Hari berikutnya orang hidup seperti menunggu pelaksanaan hukuman mati!"

Alfred belajar takut dalam asrama itu. Dan dalam hati kecilnya timbul keinginan untuk juga menakut-nakuti orang sekelilingnya. la ingin membalas dendam dengan cara bagaimanapun juga.

Baca Juga : Heboh Film 'Pengabdi Setan': Film Horor Memang Menakutkan, Tapi Punya Banyak Manfaat bagi Penontonnya

Karena ia membenci ayam-ayam dan telur ayam dalam toko ayahnya maka dalam tahun 1943 ia membuat adegan sebagai berikut (dalam film "Di bawah naungan kebimbangan"): Seorang laki-laki baru saja hendak memakan telur mata sapi.

Tepat pada waktu ia ia mendapat bisikan khabar buruk. Pisau yang tepat hendak memotong kuning telur, ditekan dan kuning telur mengalir keluar. "Hal itu lebih memikat daripada darah."

"Saya benci bau telur yang sedang direbus", katanya, "tidak ada bau yang lebih menjijikkan."

Kebenciannya itu diperlihatkan dalam film: "Di atas atap-atap Nizza", sebuah film yang dibuatnya pada tahun 1955 dengan Grace Kelly dan Cary Grant. Di dalam film itu seorang wanita memadamkan rokoknya pada sebuah telur mata sapi!

Baca Juga : Ketika Film Horor 'It' Dianggap Telah Membunuh Bisnis Badut

Selama karirnya masih sering Alfred Hitchcock membuat adegan - adegan "lucu" seperti yang telah dilakukan ayahnya dahulu. Dalam salah sebuah filmnya di layar televisi, seorang isteri kepala polisi membunuh suaminya dengan kaki kambing yang keras dari lemari pembeku. Sesudah itu ia memasak daging kambing tadi untuk dimakannya waktu makan siang.

Waktu Reskrim datang mereka diajak makan oleh wanita itu. Mereka tidak menolak dan makan dengan lahap.

"Saya tidak mengerti, mengapa kami tidak dapat menemukan alat pembunuhan," kata inspektur yang ikut makan.

"Padahal saya merasa bahwa alat itu tidak jauh dari sini," sambil berkata begitu ia mengambil sesuap lagi.

Baca Juga : Guantanamo, Penjara CIA di Kuba yang Penuh Horor dan Bikin Musuh Bebuyutan AS Tak Bisa Berkutik

Atau seorang penjual ayam menghukum isterinya yang tidak setia. Ia memasukkan isterinya ke dalam mesin pencincang makanan ayam. Waktu Reskrim datang mereka diberi hadiah ayam yang baru melahap "makanan" tadi.

Alfred Hitchcock ketika masih muda mengatakan pada orang tuanya bahwa ia inginmenjadi seorang "insinyur". Waktu itu tahun 1916, waktu bangsa-bangsa di Eropa masih saling berperang di Verdun dan gas racun dipergunakan untuk pertama kalinya.

Waktu itu juga Inggeris sedang perang mati-matian dengan Jerman di Skagerrak. Pendeknya pada waktu itu perang dunia Pertama sedang berkecamuk dengan dahsyatnya. Oleh karena itu Hitchcock tidak dapat mengatakan bahwa ia ingin bekerja di bidang film, seni pasar malam itu.

Meskipun begitu ia selalu membaca majalah-majalah mengenai film dan ia dengan cepat menyelesaikan Sekolah Insinyur dimana ia belajar ilmu-ilmu mekanik, listrik dan akustik. Pada waktu Perang Dunia Pertama berakhir pada tahun 1918 ia masuk bekerja pada sebuah perusahaan Telegrap dimana ia harus membetulkan kabel-kabel dalam air.

Baca Juga : Mirip Film Horor Annabelle, Keluarga Ini Mengaku Dihantui oleh Boneka Berambut Pirang Selama Bertahun-Tahun

Di samping itu ia belajar seni hingga ia dapat pindah ke bidang periklanan. Dari periklanan ke film hanya satu langkah saja.

Charlie Chaplin, Buster Keaton, Douglas Fairbanks adalah bintang-bintang yang dikagumi oleh Hitchcock. Begitu pula sutradara-sutradara seperti David W. Griffith dan ahli-ahli film bisu Georg W. Papst dan Friedrich. W. Murnau.

Orang-orang ini dapat menggambarkan keadaan tanpa berbicara dengan sangat sempurna, hanya dengan mempergunakan mimik. Itulah yang juga diinginkan oleh Hitchcock.

Isterinya cinta pertama

Pada waktu firma Amerika "Paramount Famous Players- Lasky" membuka sebuah cabang di London, maka Alfred Hitchcock berhasil mendapat pekerjaan di situ sebagai pembuat keterangan di bawah adegan-adegan film bisu.

Baca Juga : Meski Menyeramkan dan Bikin Sulit Tidur, Film Horor Ternyata Punya Banyak Manfaat Bagi Penontonnya

"George kini hidup dengan tidak teratur", tulisnya di bawah sebuah adegan dan ia menambahkan sebuah simbol berupa lilin yang terbakar pada kedua ujungnya. Dengan ide itu ia telah memberi sesuatu yang baru dalam dunia film.

Sebagai seorang asisten sutradara ia berkenalan dengan seorang gadis yang berusia sama, yang bekerja di firma itu sebagai pemotong dan "scriptgirl", boleh dikatakan seorang yang dapat disuruh-suruh.

Gadis itu mempunyai nama yang manis, Alma Reville. la sangat cerdas dan lebih aktip daripada asisten sutradara yang selalu bermalas-malas. Lagipula ia cantik. Semua itu menarik perhatian Hitchcock.

"Saya berumur 23 tahun dan belum pernah berkencan dengan seorang gadis. Alkoholpun belum pernah saya minum...."

Baca Juga : Jamur 'Alien' di Inggris Ini Seperti Sesuatu yang Muncul di Film Horor

Setahun kemudian, waktu ia harus pergi ke Berlin untuk shooting, ia telah mengalami sesuatu yang luar biasa. Ia masuk sebuah kelab malam dengan anak sutradara perusahaan film UFA, di mana laki-laki hanya berdansa dengan laki-laki dan wanita dengan wanita.

"Seorang wanita berumur 19 tahun dan seorang wanita berumur 30 menawarkan untuk mengantarkan saya pulang," kata Hitchcock. Mereka berharap untuk main berempat dalam sebuah kamar hotel. Alfred Hitchcock laki-laki satu-satunya.

Akan tetapi Hitchcock sama sekali tidak mengerti apa yang diharapkan dari dirinya dan, ia malahan lebih baik minum beberapa gelas cognac. "Akhirnya dua wanita Jerman itu bersama- sama masuk tempat tidur dan anak gadis sutradara tadi memperhatikan apa yang mereka perbuat. Aneh sekali!"

Juga waktu ia tambah tua, Alfred Hitchcock lebih menyerupai seorang pendeta dalam kehidupannya. Menurut ceriteranya ia belum pernah mimpi yang mesum-mesum atau erotis. Barangkali karena itu ia seorang yang pandai sekali berfantasi dalam film. Di situlah ia menghamburkan fantasinya!

Baca Juga : Kisah Horor Malam Pertama Raditya Dika-Annisa dan Misteri Hantu-hantu Manusia

Sebetulnya hanya kebetulan saja bahwa ia membuat film.

"Apakah anda tidak mau membuat film sendiri," ditanyakan padanya waktu ia sudah dua tahun membuat teks pada film bisu. Hitchcock berpendapat bahwa pekerjaannya itu sudah memuaskan. Tapi ia mendapat perintah untuk membuat film.

Judulnya adalah : "Taman kebahagiaan" dan sebetulnya tidak pantas diceriterakan karena lakonnya sangat "buas".

Yang penting adalah kesempatan bepergian dengan Alma ke Muerichen, Genua dan Italia Utara. Betul-betul merupakan petualangan, karena mereka selalu kekurangan uang. Alma harus mengurus temannya yang acuh tak acuh, yang tidak tahu kebutuhan-kebutuhan yang primer.

Di San Remo seorang pelaku wanita harus turun ke air. Tiba-tiba juru kamera mengatakan, "Ia tidak dapat masuk ke air". "Mengapa?", tanya Hitchcock.

"Karena ia sedang haid". Hitchcock belum juga mengerti. Mereka harus menerangkan dahulu artinya haid.

Baca Juga : Wes Craven, Legenda Film Horor Amerika Meninggal Dunia di Usia 76 karena Kanker Otak

Artikel Terkait