Intisari-Online.com – Bagi para mahasiswa yang sedang berjuang mengerjakan skripsi, mungkin rasanya sama berat dengan seorang prajurit yang berjuang di medan perang.
Terutama jika berhubungan dengan dosen, entah itu menunggu dosen yang tak kunjung datang atau bahkan diberikan nilai yang tak memuaskan.
Kasus nilai yang diberikan dosen tak memuaskan dialami oleh Mahasiswa S2 di Monash University Australia.
Menurut Newshub seperti dikutip dari World of Buzz, mahasiswa master jurnalisme bernama Chinmay Naik ini menyerahkan tugas tentang stereotip negatif pada anjing.
Baca Juga : Sering Begadang dan Kurang Tidur bisa Bikin IPK Mahasiswa Terjun Bebas Lo! Ini Alasannya
Ia terkejut bukan main ketika mendapatkan nilai 12 dari 100 untuk tugasnya itu.
Tugasnya telh dinilai untuk kedua kalinya namnun hanya ada sedikit peningkatan dalam nilainya.
Tugas yang berisi wawancara dengan para pemelihara anjing itu dikritik oleh dosen lantaran dinilai tidak memiliki struktur narasi, satu overlay, tidak ada wawancara dengan ahli, dan juga tidak ada awal / tengah / akhir yang jelas.
Chinmay tidak terima dengan hasil penilaian itu, ia menganggap tugasnya setidaknya layak untuk mendapat nilai angka kelulusan minimal.
Oleh sebab itu, ia memutuskan untuk membawa kasus tersebut ke Mahkamah Agung untuk mendapatkan hasil terbaik.
Mahasiswa magister ini memberi keterangan di pengadilan bahwa kampusnya bertindak tidak sah karena tidak mengungkapkan siapa dosen yang menilai.
Kasus ini juga dibawa ke kantor Perdana Menteri Australia, Komisi Hak Asasi Manusia dan bahkan advokat publik, yang semuanya menolak banding Chinmay.
Di Indonesia sendiri, kasus mahasiswa yang protes kepada dosen karena diberikan nilai jelek juga pernah terjadi.
Penulis | : | Masrurroh Ummu Kulsum |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR