Hajja Muhti berupaya agar usaha turun temurun dari keluarganya tersebut tetap berjalan, salah satu caranya dengan menyiasati ukuran tahu tempe produksinya.
Sayang upaya tersebut justru menuai kritikan pelangganya. Sejumlah pelanggan bisa menerima alasan mengapa ia melakukan strategi tersebut namun sebagian lainnya tidak.
Turunnya produksi tahu dan tempe secara drastis ini membuat masa kerja belasan karyawannya hanya beroperasi hingga siang hari. Selebihnya istirahat.
Seperti pengusaha tahu dan tempe lainnya, Hajja Muhti berharap pemerintah bisa segera menyiasati keadaan agar usaha produksi tahu dan tempe miliknya yang sudah berjalan puluhan tahun, tidak tutup alias bangkrut, karena daya beli pelanggannya yang tidak terjangkau.
Imbas naiknya harga kedelai impor akibat melemahnya rupiah turut dirasakan oleh pedagang tahu tempe keliling atau eceran. (Junaedi)
(Artikel ini telah tayang di kompas.com dengan judul "Gara-gara Rupiah Melemah, Produsen Tahu Tempe jadi Serba Salah...")
Baca Juga : Mampu Kembangkan Empati! Ini 4 Manfaat Luar Biasa Membaca Buku
Penulis | : | Mentari DP |
Editor | : | Aulia Dian Permata |
KOMENTAR