Advertorial

Kisah Orang-orang yang Dihakimi Massa Secara Sadis Meski Tidak Bersalah, Salah Satunya di Bekasi

Masrurroh Ummu Kulsum
,
Yoyok Prima Maulana

Tim Redaksi

Intisari-Online.com – Vigilantes adalah orang-orang yang menegakkan hukum dengan caranya sendiri.

Mereka menganggap diri mereka adalah pahlawan, melakukan apa yang perlu dilakukan dan membela si kecil ketika tidak ada orang lain yang akan melakukannya.

Permasalahannya adalah, keadilan tanpa proses hukum yang benar serta melibatakan pihak yang berwenang seringkali berubah menjadi kekerasan, dan itu menyasar ada mereka yang belum terbukti melakukan kejahatan.

Dan disitulah, orang-orang tak berdosa bertemu dengan dengan nasib yang mengerikan. Orang-orang berikut di antaranya, menanggung sengsara atas apa yang tidak mereka lakukan.

Baca Juga : (Foto) Mengerikan! Seperti Inilah Gambaran Peristiwa Holocaust yang Bunuh 5 Juta Orang

1. Bijan Ebrahimi

Kisah Bijan Ebrahimi pada 2013 lalu adalah conoh bahwa desas-desus buruk tentang seseorang akan membawa konsekuensi yang lebih buruk dari itu.

Ebrahimi tinggal di Bristol, Inggris. Orang-orang yang mengenalnya menyatakan dia adalah seorang pria yang lembut dan perhatian yang hidup untuk kebunnya.

Hanya satu hal yang membuatnya jengkel ketika anak-anak tetangganya terus merusak kebunnya. Ebrahimi kemudian menyusun rencana untuk memotret anak-anak tersebut saat menyerang kebunnya.

Niatnya adalah untuk menunjukkan foto-foto itu ke polisi sebagai bukti. Nahas, ada orang yang melihat Ebrahimi memotret anak-anak itu, ia lantas melaporkannya pada polisi.

Polisi membawa Ebrahimi untuk diinterogasi, dan rumor di daerahnya segara menyebar. Beberapa meneriakkan Ebrahimi sebagai “Pedo! Pedo!" saat ia dibawa polisi.

Ebraihimi lantas dibebaskan karena tidak terbukti bersalah, namun para tetangganya terlanjur percaya ia adalah pedofil.

Dua hari setlah pembebasannya, tetangga Ebraihimi, Lee James dan Stephen Norely menyerang Ebrahimi pada malam hari, menyeret pria tak berdaya itu ke jalan raya.

Mereka kemudian menyiramnya dengan alkohol dan membakarnya hingga mati. Penyelidikan berikutnya menemukan bahwa Ebrahimi telah dilecehkan sebelumnya, dan baik dewan dan polisi telah berulang kali memihak para pelaku kekerasan.

Baca Juga : Jadi Bocah Termuda yang Dikursilistrikkan, Apa Kesalahan Stinney?

2. Dua orang yang dituduh sebagai teroris

Pada tahun 2015, sebuah kelompok teroris sempalan Taliban yang disebut Jamaat-ul-Ahrar mengirim dua pembom bunuh diri untuk menyerang Lahore, Pakistan.

Para pengebom membidik dua gereja lokal dalam serangan brutal yang menewaskan 17 orang dan melukai 80. orang lainnya.

Penduduk setempat panik dan marah setelah ledakan itu terjadi. Pelaku bom bunuh diri pun tewas dalam ledakan itu.

Tapi, para pemuda setempat mulai mengumpulkan masa dan mulai mencari orang-orang yang mereka rasa bertanggung jawab atas serangan itu.

Massa segera menemukan dua orang yang benar-benar tidak bersalah yang mereka putuskan untuk disalahkan.

Mereka bertemu dengan pekerja garmen Babar Noman dan pemotong kaca Mohammad Saleem, memukulinya sampai pingsan, dan menyeret mereka melewati kerumunan.

Tubuh dua orang yang tak berdaya ini ditumpuk dengan kayu bakar. Orang-orang miskin ini, orang-orang yang tidak bersalah dibakar sementara ratusan orang memandang dan bersorak-sorai.

Mengapa polisi tidak mencegah? Bagaimana pun polisi pasti datang di tempat serangan teroris.

Jumlah masa sangat banyak sehingga polisi tidak punya pilihan selain hanya melihat dua orang dibunuh secara brutal.

Baca Juga : 10 Foto Peristiwa Sadis Dalam Sejarah yang Tak Pernah Terekspos, Ngeri!

3. Muhammad al-Zahra

Kita tentu masih ingat dengan kasus pada Agustus 2017 lalu, Muhammad al-Zahra seorang tukang reparasi listrik (30) dibakar hidup-hidup setelah dituduh mencuri amplifier di Mushola Al-Hidayah, Kabupaten Bekasi.

Ia bahkan sempat mengucapkan kata terakhirnya, "Saya bukan pencuri," sebelum masa yang marah memukuli hingga membakarnya hidup-hidup.

Beruntung, para pelaku yang membakar Zahra ditangkap dan diadili.

Di pengadilan, mereka menangis menyesali dan menundukkan kepala karena malu.

Tentu, kasus-kasus seperti itu menjadi tamparan bagi keras kemanusiaan kita.

Manusia punya perasaan dan pikiran, jangan mengangungkan kekuatan di atas kelemahan orang lain, karena bukan kebenaran namanya jika ditegakkan dengan cara yang salah.

Baca Juga : Irma Grese, Penjaga Kamp NAZI Tercantik yang Siksa dan Bunuh Korban secara Sadis namun Tersenyum saat Digantung

Artikel Terkait