Intisari-Online.com – Ini bukan lelucon tetapi cerita benar-benar. la kini sedang sibuk untuk membangun sebuah kota kecil di Jerman. Fuemmelse nama kota yang mau dibangun. Jumlah penduduknya kini 1500 jiwa, tetapi kalau kota itu sudah selesai akan ada tempat bagi 3500 orang.
Penyelenggaraan diserahkan pada satu orang yang memang sudah terbiasa mendapat order-order besar semacam itu. G.A.L. Thorsen dari Aarhus Denmark sudah sering membangun kota komplit atau mengekspor pabrik lengkap.
Di Fuemmelse, Thorsen melakukan perencanaan, pembiayaan, pelaksanaan dan meubilering proyek tersebut.
Thorsen memang salah seorang yang paling mengesankan dari negaranya. Nama G.A.L. di depan namanya itu singkatan dari nama Georg Arthur Lawsha.
Baca Juga : Blenda, Prajurit Wanita Swedia yang Membantai Tentara Pria Denmark Tanpa Ampun
Ayahnya ialah insinyur Inggeris Lawsha yang pada permulaan perang dunia I membangun peluncur pertama di Tivoli Kopenhagen. Di situlah ia berkenalan dengan pembantu dapur Hotel Palads, Froken Thorsen.
Ia tidak sampai menikmati kekasihnya karena tiba-tiba dipanggil oleh angkatan Laut Inggeris untuk ikut bertempur. Ia sudah tewas di Skagerrak ketika anaknya Iaki-laki lahir. Karena itu ia mendapat nama kecil Lawsha disamping Georg Arthur.
Ibunya tidak dapat merawat anaknya sendiri, maka diberikan pada seorang petani. Ketika sudah besar ia harus bekerja untuk mendapat makan dan tempat berteduh. Hanya sehari dalam seminggu ia mendapat kesempatan sekolah.
Akibatnya rapomya tentu merah semua. Tak heran kalau ibunya pernah mengeluh: “Goblokmu tidak keruan. Entah bagaimana masa depanmu kelak. Sebaiknya kau menjadi pegawai negeri agar lebih terjamin hidupmu. Yang paling baik kalau bisa menjadi pengantar surat pada kantor pos.”
Baca Juga : Selain Kylie Jenner, Inilah 5 Jutawan Muda di Dunia, Ada yang Masih Berusia 7 Tahun!
G.A.L. kemudian juga benar-benar melamar pada jawatan pos. Tetapi setelah ditest tidak lulus dengan catatan : Gagal karena goblok. Orang-orang yang harus mengetest itu sebetulnya tidak sentimen, karena G.A.L.. memang tidak mungkin menjadi tukang pos; Ia tidak dapat membaca.
Tigapuluh tahun kemudian ketika Thorsen sudah mempunyai pabrik-pabrik di 46 negara ia pernah mengadakan pembicaraan dengan seorang direktur bank. Pada suatu ketika ia disodori suatu konsep perjanjian yang meliputi beberapa juta oleh direktur tersebut. Thorsen menolak kertas itu : Saya tidak dapat membaca katanya.
Direktur bank itu mula-mula mengira Thorsen hanya mau lucu. Kemudian Thorsen cerita duduknya perkara. Lalu bankir itu menggumam; “Aduh andaikata bisa membaca anda menjadi apa". Jawab Thorsen: Mudah sekali, tukang pos.
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR