Intisari-Online.com - Nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika anjlog hingga tembus Rp15 ribu per USD.
Tentu ini bukan berita baik bagi Indonesia karena bisa berdampak pada kenaikan biaya produksi dan tidak stabilnya pasar modal.
Banyak pengamat ekonomi yang telah mengatakan bahwa ada beberapa faktor yang memang membuat nilai rupiah terus melemah.
Di antara beberapa faktor itu, salah satu penyebab terbesarnya karena nilai neraca transaksi berjalan Indonesia yang mengalami defisit cukup besar.
Baca Juga : Tak Hanya Terhadap Dollar AS, Rupiah Juga Ada di Titik Terendah Terhadap Ringgit Malaysia
Defisit neraca transaksi berjalan berarti jumlah impor Indonesia jauh lebih besar dari jumlah barang yang diekspor.
Termasuk yang menyumbang impor paling besar adalah impor minyak bumi demi menutup kebutuhan konsumsi bahan bakar harian di Indonesia.
Kebutuhan BBM harian Indonesia sekitiar 1,6 juta barel per hari dan 50% dari itu ditutup denan impor minyak sebanyak 800 ribu barel.
Indonesia memang memiliki sumber minyak bumi dalam negeri, tapi produksi lifting (siap konsumsi) minyak dalam negeri tidak mencapai target.
Baca Juga : Tunjangan PNS Akan Naik Hingga 50 Persen, Makin Tertartik Ikut CPNS Tahun Ini Nih!
Melihat besarnya pengaruh impor minyak terhadap neraca transaksi, mungkinkah jika harga BBM dinaikkan akan membantu rupiah kembali menguat?
Dikutip dari detikFinance, seorang ekonom INDEF Bhima Yudhistira Adhinegara mengatakan, "Karena setiap impor kita butuh beli pakai US Dolar, impor minyak akan terus memukul rupiah kalau harga BBM subsidi tidak naik,".
Besarnya subsidi yang digelontorkan pemerintah untuk BBM ini juga membuat laba Pertamina tahun lalu berkurang sekitar Rp10,1 triliun.
Penulis | : | Aulia Dian Permata |
Editor | : | Aulia Dian Permata |
KOMENTAR