Advertorial
Intisari-Online.com- Pengetahuan umum sejarah sering menyebutkan mengenai penyalahgunaan mengerikan dari mesin perang Nazi hebat yang mengancam seluruh dunia.
Namun, sebagaimana dilansirWar History Online, tidak semua narasi resmi ini didasarkan pada kebenaran.
Yang benar adalah bahwa Jerman pada masa Perang Dunia II tidak begitu berdaya dalam hal ekonomi, teknologi, atau bahkan peperangan seperti yang biasanya diklaim oleh sejarawan kontemporer.
Kesalahan itu sangat mudah terjadi karena bukti dan informasi mengenai keunggulan teknologi Nazi biasanya datang dari pengalaman hidup orang-orang di garis depan pertempuran.
Baca Juga:Menteri Keuangan Malaysia Dituduh Korupsi, Menteri Keuangan Indonesia Malah Banyak Prestasi
Misalnya, dalam hal peperangan tank, kurang ada yang membandingkan antara tank Tiger Jerman dengan tank berat lainnya.
Terutama pembandingannya dengan tank Sherman Amerika.
Seorang prajurit awam di Normandia melihat tank Tiger dan mengakui bahwa tank itu benar-benar besar dengan senapan yang menghancurkan.
Baca Juga:Jack Ma Ajak Para Menteri Diskusi, Ternyata Bahas Isu Penting Seputar Masa Depan Ekonomi Indonesia
Tapi secara operasional, menurut James Holland, penulis sejarah tiga jilid “The War in the West,” gambarannya sangat berbeda sama sekali.
Total jumlah tank Tiger yang diproduksi Jerman adalah 1.347, sementara produksi tank Sherman Amerika secara massal mencapai 49.000.
Lebih jauh, sementara tank Tiger adalah monster berat lapis baja kompleks yang dirancang oleh Ferdinand Porsche, ia juga tak begitu efisien.
Baca Juga:Tak Hanya Diana, 4 Putri Bangsawan Ini Hidupnya Juga Berakhir dengan Tragis, Ada yang dari Indonesia
Pasalnya, tank Tiger sering rusak dan bahan bakarnya yang mudah habis serta sulit dipertahankan saat dalam pertempuran.
Tapi bagaimana dengan ketangkasan pasukan legendari brutal Nazi, Wehrmacht?
Ternyata, sumber ketangkasan mereka mungkin efek farmakologi modern.
Pejabat Nazi menggunakan obat-obatan seperti kokain dan metamfetamin hidroklorida yang sekarang dikenal sebagai meth kristal.
Baca Juga:Jadi, di Manakah Soeharto saat Peristiwa Gerakan 30 September (G30S) Terjadi?
Penerbang dan unit militer Jerman juga diberi obat Pervitin.
Yakni obat berbahan dasar methamphetamine yang diproduksi di Jerman sejak 1937, dengan maksud meningkatkan efisiensi operasional.
Menurut Kristen Keefe, seorang profesor farmakologi dan toksikologi di Universitas Utah, obat-obatan ini mempengaruhi sistem yang sama di otak dengan cara yang berbeda.
Baca Juga:Usai Ijab Kabul, Pria ini Harus Ikhlas Istrinya Meninggal Dunia Beberapa Jam Kemudian
Mereka adalah zat yang sangat adiktif, yang pada akhirnya akan memberikan masalah strategis, taktis dan disiplin di kemudian hari.
Meskipun sangat tangkas, mesin perang Jerman Nazi tidak selalu menjadi raksasa hebat seperti yang digambarkan.
Baca Juga:‘Pemberontakan Anak-anak' Pangkal Keruntuhan Hitler