Advertorial

Turki-Rusia-Iran-China Berkoalisi, AS pun Makin Tak Bernyali Untuk Hadapi Turki

Agustinus Winardi
Agustinus Winardi
Mentari DP

Tim Redaksi

Oleh karena itu, dengan memanfaatkan konflik di Suriah, Turki berusaha membangun koalisi bersama Rusia, Iran, serta China.
Oleh karena itu, dengan memanfaatkan konflik di Suriah, Turki berusaha membangun koalisi bersama Rusia, Iran, serta China.

Intisari-Online.com - Keberadaan pangkalan militer AS di Incirlik, Turki dalam perkembangan terkini ternyata tidak hanya merupakan ancaman bagi Rusia bahkan bagi Turki sendiri.

Sejak Perang Dingin masih berkobar, pangkalan militer Incirlik sering digunakan oleh militer AS untuk menerbangkan pesawat pengintai U-2, guna memata-matai wilayah Rusia (Uni Soviet).

Jet-jet tempur AS dan NATO pun selalu siaga di Incirlik untuk sewaktu-waktu melancarkan serangan udara ke Rusia jika terjadi konflik.

Secara kedaulatan Incirlik sebenarnya merupakan milik Turki.

Baca juga:Demi Incar Turki, China Gertak Amerika dan Pamerkan Pesawat Pembom Nuklir Terbarunya

Dilansir dari CNNdan South China Morning Post, Pemerintah Turki sendiri sebenarnya sudah pernah berniat mengambil alih pangkalan militer Incirlik pada tahun 1975.

Tapi setiap kali Turki akan mengambil alih pangkalan militer Incirlik, AS langsung meresponnya dengan cara menerapkan sangsi embargo militer dan ekonomi terhadap Turki.

Atas ancaman embargo dari AS itu, Turki akhirnya memilih diam sehingga pangkalan militer Incirlik masih bisa leluasa dioperasikan oleh AS dan NATO.

Tapi ketika pada tahun 2016 di Turki terjadi upaya kudeta yang didalangi AS, mulai terjadi perubahan sikap antara Turki-AS.

Apalagi pasukan AS di Suriah yang bertempur melawan ISIS malah mendukung suku Kurdi yang notabene merupakan musuh Turki. Konflik AS-Turki pun tak bisa dihindarkan.

Militer Turki di bawah perintah Presiden Recep Endorgan sebenarnya bisa langsung menangkapi personel militer AS di Incirlik yang terlibat kudeta.

Baca juga:Punya Kekuatan Udara Mengerikan, Turki 'Tak Tersentuh' Tentara Nazi Selama PD II

Atau mengusir seluruh pasukan AS dari Turki karena telah terbukti mendukung para pemberontak Kurdi yang ingin mendirikan negara merdeka di kawasan Turki.

Namun untuk mengusir pasukan AS dari Turki, memang tidak mudah karena Turki sendiri secara militer dan ekonomi masih banyak tergantung kepada AS.

Oleh karena itu, dengan memanfaatkan konflik di Suriah, Turki berusaha membangun koalisi bersama Rusia, Iran, serta China.

Koalisi yang secara otomatis akan membuat hubungan AS-Turki makin memanas tapi sekaligus membuat posisi Turki makin kuat.

Rusia memang merasa sangat terancam karena pangkalan militer Incirlik tidak hanya digunakan AS untuk menampung pesawat-pesawat tempurnya tapi juga telah digunakan menyimpan bom nuklir jenis khusus, yakni B61-12.

Bom nuklir yang bisa digunakan untuk mempersenjatai pesawat B-2 Spirit dan F-35 itu oleh Rusia diyakini telah disimpan di Incirlik sebanyak 50 unit.

Sementara Iran bisa berkoalisi dengan Turki karena sama-sama menjadi pendukung Presiden Suriah Bashar al Assad yang kekuasannya berusaha ditumbangkan oleh AS.

Sedangkan China berusaha ‘menguasai’ Turki secara ekonomi sekaligus membuat panas AS.

Pasalnya, sesungguhnya China merupakan musuh bebuyutan AS di kawasan Laut China Selatan.

Munculnya koalisi Rusia-Turki-Iran-China yang terbentuk gara-gara konflik di Suriah itu mungkin tidak diduga oleh AS.

Akibatnya, nyali AS terhadap Turki pun jadi meredup dan membuat AS, harus makin bersikap hati-hati terhadap Turki.

Baca juga:Agar Siap Lawan Pasukan Khusus AS, Pasukan Elit Turki Digembleng Mati-matian dan Brutal

Artikel Terkait