“Saya tidak yakin apakah kakakku akan mengenali saya,” kata Rocío kepada saya. “Saya juga tidak yakin apakah pikirannya tidak terganggu.”
Sembilan hari di hutan membuat kondisi Maykool sangat lemah. Ia mengalami dehidrasi, kulitnya penuh dengan gigitan serangga dan caplak serta goresan duri. Sementara kaki dan pergelangan kakinya mengalami bengkak sehingga susah untuk berjalan. Tapi pikirannya masih sehat. “Saya ingin Coca Cola,” candanya dalam kelelahan.
Setelah Maykool dibawa ke kamp, tangis kegembiraan memenuhi seluruh ruangan. Ranger dan pemandu saling berpelukan haru. Feizar begitu emosional. Ia menangis saat berpelukan dengan ayahnya Maykool.
“Terima kasih telah mempercayai kami. Terima kasih,” kata Feizar menangis. “Mengapa saya tidak percaya dengan seluruh tim Anda?” jawab ayah Maykool sambil menangis.
Sambil berbaring di hammock, Maykool bercerita bagaimana ia bertahan hidup di dalam hutan. Ketika tidak bisa menemukan sungai, ia pun segera mengikuti sekawanan monyet. Dari binatang primata ini ia memperoleh makanan berupa buah yang dijatuhkan para monyet. Mereka juga membawanya ke tempat berteduh dan sumber air setiap harinya.
Seiring waktu berlalu, kondisinya makin memprihatinkan. Nyamuk hutan menggigitnya hidup-hidup, ia mulai kelaparan, dan mulai putus asa. “Saya berdoa kepada Tuhan dengan sepenuh hati supaya bisa keluar dari hutan,” katanya, tersendat.
Maykool mengungkapkan bahwa malam ketika ia menghilang, pikiran aneh dan mengerikan mulai merayap ke dalam benaknya. Dia mengatakan dia memiliki dorongan tak tertahankan untuk keluar dari hutan hujan tropis itu.
“Saya mulai berjalan,” katanya. “Aku memakai sandal dan ternyata malah memperlambat jalanku sehingga aku buang saja. Begitu juga dengan ponsel dan senter. Kemudian saya berhenti di bawah sebuah pohon dan mulai berpikir. Apa yang telah saya lakukan, apa yang akan saya lakukan? Dan ketika saya ingin kembali, hal itu sudah tidak mungkin.”
Dukun yang ikut mencari Maykool yakin bahwa Duende membuatnya gila sementara dan mengirimkannya ke dimensi lain. Perilakunya sesuai dengan semua tanda-tanda yang tampak.
Tapi Maykool tak percaya dengan hal-hal yang berbau klenik. Ia hanya percaya kepada Tuhan. Meskipun Maykool tidak benar-benar yakin dengan apa yang dialaminya, dia mengatakan bahwa pengalaman menjelang kematian-Nya di hutan adalah sesuatu yang dia tidak akan pernah lupa.
Source | : | nationalgeographic.com |
Penulis | : | Agus Surono |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR