Intisari-Online.com – Ketika saya sedang berada di kamar mandi, iseng-iseng saya memeriksa payudara saya. Tiba-tiba saya kaget, merasakan ada benjolan kecil sebesar kacang tanah pada payudara kiri saya. Kalau ditekan tidak sakit, tapi la lari.
(Baca juga: Renita Sukardi Meninggal Dunia: Cegah Risiko Kematian Akibat Kanker Payudara dengan Makanan Ini)
Ah, paling-paling ini pembesaran klir saja, saya menghibur diri. Pasti nanti juga hilang sendiri. Ternyata dugaan saya salah, benjolan tadi makin lama makin membesar dan agak mengeras.
Saya semakin cemas dan khawatir. "Jangan-jangan kanker," pikir saya. Jadi cepat-cepat saya mendatangi seorang ahli bedah. la bertanya, "Sudah berapa lama ini, Bu?" Saya jawab bohong, “Yaah, kira-kira baru sebulan." Padahal benjolan ini sudah ada kira-kira setengah tahun yang lalu.
Dokter ini menganjurkan saya untuk segera menjalani operasi. la belum bisa memastikan apakah benjolan ini jenis yang ganas atau tidak. Tapi dugaan sementara mengatakan mungkin bukan jenis yang berbahaya.
(Baca juga: Ikan Asin, Antara Lekker dan Kanker, Tergantung Anda Mau Pilih yang Mana?)
"Kalau nanti setelah dibuka ternyata ganas, saya terpaksa mengangkat seluruh payudara Ibu," katanya pula. Saya hanya menganggukkan kepala tanpa banyak komentar, padahal saya semakin cemas.
Walaupun saya berusaha menghibur diri tapi rasa cemas itu tak kunjung hilang sampai saya dibedah. Operasi itu ternyata hanya berlangsung selama beberapa puluh menit. Begitu siuman, segera saya raba payudara kiri saya. Ah, ternyata masih utuh. Saya merasa lega bukan main dan bersyukur bahwa rupanya Tuhan masih memberkati saya.
Dua hari kemudian hasil pemeriksaan patologi lebih menguatkan lagi: negatif! Berarti bukan kanker! Saya gembira sekali. Langsung saya menceritakan kabar, gembira ini kepada anak-anak saya. Keesokan harinya saya diperbolehkan pulang. Namun, saya harus tetap rajin mengecekkan diri ke dokter. Demikian cerita seorang ibu.
Jangan takut dulu
Menurut seorang ahli bedah, dr. Idral Darwis dari -FKUIRSCM, kelainan seperti yang dialami ibu tadi merupakan kelainan payudara yang terbanyak.
"Namun, kelainan seperti apa pun sebaiknya tetap waspada," pesannya.
Source | : | intisari edisi juni 1988 |
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR