Intisari-Online.com - Sebuah gedung pencakar langit di China barat daya baru-baru ini cukup mencuri perhatian netizen.
Apa yang disebut pemiliknya sebagai air terjun buatan manusia terbesar di dunia, diklaim telah menjadi contoh terbaru arsitektur masa kini.
Namun sayangnya, ide brilian arsitektur tersebut mengundang banyak komentar miring.
Menara di kota Guiyang dibangun dengan megah, menghadirkan air terjun pada bagian tengah bangunan.
Sayangnya arus kas bisa menjadi masalah bagi desain yang mewah.
Meskipun Gedung Internasional Liebian belum selesai, fitur air terjun sudah selesai dua tahun yang lalu.
Namun, air terjun itu hanya dihidupkan enam kali, dengan pemilik yang menyalahkan biaya tinggi yaitu sekitar 800 yuan (Rp1,6 juta) per jam.
Mesin memompa air ke atas struktur bangunan setinggi 121 meter.
Dibangun oleh Ludi Industry Group, gedung ini akan menjadi pusat perbelanjaan, kantor dan hotel mewah.
Air terjun buatan tersebut menggunakan limpasan, air hujan dan air tanah yang dikumpulkan dalam tangki bawah tanah raksasa.
Perusahaan itu sudah berusaha membangun inovasi yang terbaik, tetapi pengguna internet China telah mengejek proyek tersebut sebagai pemborosan uang.
"Jika mereka bisa menyalakannya sekali setiap beberapa bulan, perusahaan akan menghemat pembersihan jendela," tulis salah satu pengguna di jejaring sosial Twitter China seperti Weibo.
Source | : | asiaone.com |
Penulis | : | Adrie Saputra |
Editor | : | Mentari DP |
KOMENTAR