Tujuan akhir pemainan ini bukan mengalahkan raja, melainkan memperoleh teritori terbanyak. Igo sendiri artinya "permainan mengelilingi wilayah".
Kedua pemain dengan segala daya dan upaya berebut, serta terkadang harus merelakan untuk memperoleh lebih banyak wilayah di atas papan.
Dari sini muncul filosofi igo, yakni memenangkan pertandingan tanpa menghancurkan lawan. Pemain mungkin saja memperoleh teritori lebih banyak tanpa membunuh.
Kuncinya, berbagi. Selama pemain mau berbagi wilayah dengan lawan, dia dapat keluar sebagai pemenang dengan teritori terbanyak.
Jalannya permainan igo yang terdiri atas tiga babak juga disebut-sebut serupa dengan kehidupan manusia.
Baca juga:Permainan Masa Kecil Ini Bahkan Sudah Ada Sejak Zaman Romawi, Bahkan Sampai ke New York
Papan yang semula kosong lalu diisikan batu-batu di atasnya, diumpamakan seperti manusia yang lahir kemudian mengembangkan dunianya.
Babak tengah permainan menggambarkan kehidupan manusia usia 20-40 tahunan di mana banyak hal menyenangkan sekaligus memusingkan yang terjadi. Pilihan pembukaan yang diambil oleh pemain akan mempengaruhi pertengahan permainan ini.
Pada babak akhir permainan, seseorang akan mulai mengumpulkan hasil yang ditabur semasa aktifnya. Pemain mulai mengumpulkan wilayah dan saat permainan berakhir, semua dihitung. Pemenang ditentukan oleh wilayah yang dikumpulkannya.
Di negeri kita igo juga berkembang dan sudah berdiri Federasi Igo Indonesia (Fll) pada tahun 2008.
Tim Indonesia juga turut serta dalam berbagai kejuaraan internasional seperti turnamen tahunan World Amateur Go Championship di Jepang, Korean Prime Minister's Cup di Korea Selatan, SEA Games, dan Asian Games.
Setiap tahun di Indonesia juga diadakan turnamen persahabatan empat negara, yakni Cina, Korea Selatan, Jepang dan Indonesia, yang disponsori Japan Foundation. [Biondy Alfian – Intisari September 2010]
Source | : | intisari |
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR