Advertorial
Intisari-Online.com - Seorang walikota Filipina ditembak mati Senin (2/7/2018) siang oleh sniper (penembak jitu) di sebuah upacara kota.
Antonio Halili, nama walikota tersebut, ditembak di dada oleh satu tembakan dari jarak jauh.
Tembakan itu dilepaskan pada selama upacara pengibaran bendera mingguan di balai kota di Tanauan, selatan Manila.
Tentu saja aksi penembakan tersebut membuat para penonton yang ketakutan berteriak dan membuat keadaan menjadi kacau balau.
Kepala polisi kota, Renato Mercado, mengatakan kepada AFP bahwa tembakan itu ditembakkan dari jarak sekitar 150 meter.
Baca juga:Kisah 2.000 Sniper Perempuan Rusia yang menjadi Malaikat Maut Tentara Nazi
"Jarak itu luar biasa. Itu tidak bisa dilakukan oleh orang biasa. Skillnya bisa dibandingkan dengan sniper terlatih," katanya kepada AFP seperti dikutip dari CNN.
Namun, penembak berhasil melarikan diri dan Halili dinyatakan meninggal di rumah sakit.
Diketahui Halili dinilai sebagai pejabat yang cukup kontroversial.
Di mana ia berani membandingkan dirinya dengan Presiden Filipina, Rodrigo Duterte. Sebab ia secara terbuka menentang kejahatan dan obat-obatan terlarang.
Namun pada tahun 2017, nama Halili muncul di "daftar narco" yang disajikan oleh Duterte. Daftar narco adalah daftar pejabat yang diduga terkait dengan narkotika.
Dengan daftar tersebut, Halili diperiksa oleh polisi, tetapi ia menolak berhubungan dengan narkoba.
Usut punya usut, ternyata tiga walikota lain di "daftar narco" juga telah ditembak mati, salah satunya ketika ditahan di dalam sel penjara.
Sehingga banyak orang yang berspekulasi bahwa aksi penembakan yang mengenai Halili itu mungkin terkait dengan tuduhan obat-obatan terlarang.
Baca juga:Razan Al-Najjar Sengaja Ditembak Sniper Israel karena Israel Memang Ingin Diserang?