Advertorial

5 Fakta Tentang Razan al Najjar, Relawan Perawat di Jalur Gaza yang Tewas Setelah Ditembak Sniper Israel

Aulia Dian Permata
,
Ade Sulaeman

Tim Redaksi

Intisari-Online.com - Razan al Najjar, seorang relawan medis di jalur Gaza, Palestina ditembak mati dengan peluru di dadanya pada 1 Juni 2018.

Saat ditembak, dia masih memakai rompi medis berwarna putih dan sedang membantu seorag pengunjuk rasa yan terluka.

Satu jam sebelum senja, pada Jum'at itu, dia berlari ke depan dekat pagar perbatasan untuk membantu seorang demonstran, dan itu yang terakhir kalinya.

Pemakaman Razan dihadiri ribuan orang dan semua berduka karena telah kehilangan seorang relawan pemberani di jalur Gaza.

Baca Juga:Rutin Makan 6 Siung Bawang Putih Panggang Setiap Hari, Inilah yang Akan Terjadi Pada Anda!

Baca Juga:Operasi Plastik, Penampilan Buruh Ini Berubah Bak Model Korea, Pacar dan Ibunya Sampai Menangis

Inilah 5 fakta mengenai Razan al Najjar, dilansir dari Heavy:

1. Razan bertugas 13 jam sehari di perbatasan Gaza

Razan telah bergabung menjadi relawan sejak 30 Maret 2018 dan dia hampir setiap hari datang merawat warga sipil yang terluka.

Dia bekerja sejak jam 7 pagi hingga 8 malam, sekitar 13 jam per hari.

Dalam sehari, Razan al Najjar bisa membantu mengobati 70 orang yang terluka.

"Kami melakukan ini karena mencintai negara kami. Ini pekerjaan kemanusiaan," katanya dilansir dari Times.

2. Melakukan wawancara dengan majalah Times sebelum kematiannya

Pada bulan Mei, beberapa saat sebelum kematiannya, Najjar pernah melakukan wawancara dengan majalah Times.

Salah satu isi wawancaranya adalah dia mengatakan bahwa wanita juga berperan penting dalam masyarakat Palestina, khususnya Gaza.

"Perempuan dalam masyarakat kita dihakimi, dipandang sebelah mata. Tapi mereka harus menerima kami karena kami memiliki kekuatan yang lebih dari siapa pun," kata Najjar.

Baca Juga:Minum Susu Bawang Putih Setelah Makan Malam, Masalah Disfungsi Ereksi hingga Penuaan Dini Segera Teratasi

3. Seragam yang selalu 'berdarah'

Najjar menjadi paramedis serelag mengambil sekolah diploma keperawatan umum.

Sejak bertugas sebagai relawan aksi protes di Jalur Gaza, Najjar benar-benar total dalam bekerja.

Menurut Sabreen, ibunya Najjar, putrinya bahkan sering tetap tinggal di perbatasan hingga semua demonstran kembali pulang.

Seragam medisnya selalu dipenuhi darah saat dia pulang ke rumah.

Itu darah dari para korban luka yang telah ditolong Najjar hari itu.

Baca Juga:Inilah Fakta Kehidupan 'Sakral' Kaisar Jepang, Satu-satunya Raja di Dunia yang Masih Bergelar Kaisar

4. Razan al Najjar seorang pemberani sejak kecil

Najjar adalah putri sulung dari enam bersaudara.

Sejak kecil, dia adalah sosok anak yang kuat, dan berani.

Saudarnya, Dalia al-Najjar mengenang sosok Razan sebagai teman bermain yang baik hati dan menyenangkan.

"Aku tidak percaya dia telah dibunuh. Aku sangat bangga bagaimana dedikasinya untuk negara. Dulu waktu kecil, dia sering datang ke rumah nenek dan kami bermain bersama," ungkap Dalia al-Najjar.

Baca Juga:Pesawatnya Ditembak Jatuh dan Dikira Tewas di Afghanistan 30 Tahun Lalu, Pilot Rusia Ditemukan dalam Kondisi Mengejutkan

5. Pemakamannya dihadiri ribuan orang

Razan dimakamkan pada hari Sabtu, 2 Juni 2018 dan pemakamannya dihadiri ribuan orang.

Mulai dari warga sipil, keluarga dan kerabat juga rekan-rekan relawan medis yang turut berjuang bersama Razan saat hidupnya.

Kematian Razan juga meninggalkan kesedihan bagi begitu banyak orang yang terlibat di konflik jalur Gaza.

Baca Juga:Jika Bashar al-Assad Sampai Serang Secara Militer AS di Suriah, Rakyatnya akan Tertimpa Bencana Besar

Artikel Terkait