Prinsipnya, semakin banyak pemilih maka akan semakin banyak sampel TPS-nya. Proses pemproporsian ini juga sudah dilakukan oleh program komputer.
Kendala SMS tertunda
Pada hari H pelaksanaan hitung cepat, lembaga survei tinggal menunggu laporan dari para relawan di lapangan berdasarkan hasil penghitungan yang sudah disahkan panitia dan saksi.
Pengiriman angka-angka hasil perhitungan cepat lewat SMS atau WA atau media kirim pesan lainnya dengan mencantumkan kode tiap kandidat plus wilayahnya.
Di kantor pusat, data itu masuk dan diolah otomatis. Tim di lembaga survei tinggal duduk manis sambil ngopi untuk menonton pergerakan angka yang naik-turun. Hasil ini juga dapat juga dapat dibagi menjadi per wilayah.
BACA JUGA: Ciri-ciri Tahi Lalat Pembawa Berkat
“Pembagian ini juga bagus untuk analisis. Semisal kandidat A menang di wilayah X. Itu memberikan interpretasi yang lebih bagus,” jelas Dodi.
Karena pengiriman data menjadi ujung tombak, kesalahan tidak boleh terjadi di sektor ini. Untuk itu, para relawan melalukan simulasi hingga beberapa kali.
“Mengirim pesan emang gampang, tapi nyatanya masih ada saja yang salah selama simulasi,” ungkap Yusuf. Padahal selain kecepatan, proses hitung cepat juga menuntut akurasi.
Kendala pengiriman data ini adalah jika jalur komunikasi macet. Pesan tertunda atau pending, misalnya. Antisipasinya, relawan juga diminta untuk mengisi laporan di kertas yang dikumpulkan ke koordinator wilayah.
Indobarometer pernah mengalami kemacetan jalur komunikasi ini, namun dari pemantauan bisa segera diketahui relawan yang belum menyetor.
Penulis | : | Moh. Habib Asyhad |
Editor | : | Yoyok Prima Maulana |
KOMENTAR