Advertorial

Bukan Cuma Tunjukkan Pemenang, Quick Count Juga Bisa Buktikan Kalau KPU Curang, Ini Caranya!

Ade Sulaeman

Editor

Intisari-Online.com- Quick count, yang pada saat ini menjaditrending pencarian di Google, pernah menjadipemicu kontroversi saat Pilpres 2014.

Pemicunya, saat itu ada perbedaan hasilquick countdari sejumlah lembaga yang menyelenggarakannya, membuat sebagian masyarakat menjadi ragu.

Masyarakat yang bingung, kemudian mengambil langkah “netral” yakni menunggu hasil perhitungan resmi dari Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang akan diumumkan pada 22 Juli 2014.

Sekilas langkah itu terkesan paling bijaksana daripada meributkan hasilquick countyang seolah tak ada ujungnya, tapi apakah memang sudah benar?

Baca juga:Meski Kalah Dalam Pertempuran, Pasukan Argentina Malah Dipuji Pasukan Elite Inggris yang Menaklukkanya

Anggota Dewan Etik Perhimpunan Survei Opini Publik Indonesia, Hamdi Muluk menyatakan, justru hasilquick countseharusnya justru menjadi alat pengontrol kemungkinan terjadinya kecurangan dalam perhitungan KPU.

Quick countbukan sekadar untuk tahu (hasil) Pemilu, melainkan juga sebagai perbandingan dengan hasil resmi KPU,” kata Hamdi, seperti dikutipKompas.com(11/7).

Adanya persoalan pada hasilquick count, menurut Hamdi, jangan lalu membuat hitung cepat itu kita “bunuh”.

Artinya, jangan hanya karena ada tiga atau empat lembaga yang memberi hasil berbeda, lantasquick countkita singkirkan.

Baca juga:(Foto) 10 Foto Ini Menunjukkan Betapa Tidak Berdayanya Manusia Menghadapai Kekuatan Alam

“Kalau kita bunuh, kita juga membunuh ilmu pengetahuan,” tutur dia.

Menurut Hamdi, seharusnya hasilquick counttidak jauh berbeda antara lembaga satu dengan yang lain.

Asalkan metodologinya sama-sama benar. Apalagi quick count berbeda dengan survei.

Jika survei mengukur persepsi atau opini seseorang,quick countmengambil fakta rekapitulasi suara yang berasal dari formulir C-1.

Baca juga:Seorang Ayah Terpaksa Kenakan Gaun Pengantin dan Lipstik Setiap Hari, Alasannya Sungguh Menyayat Hati

Dalam sejarahnya,quick countterbukti berperan dalam mengungkap kecurangan penyelenggara pemilu.

Misalnya pada pemilu di Filipina tahun 1986 yang dilakukan oleh Presiden Marcos dan para pendukungnya.

Begitu pula saat pemilu di Chili tahun 1988 oleh Presiden Pinochet, serta pemilu di Peru pada tahun 2000.

Dalam pemilu-pemilu bermasalah tersebut, hasil resmi yang dikeluarkan lembaga penyelenggara pemilu ternyata jauh darirangehasil dari mayoritasquick countyang diselenggarakan sejumlah lembaga.

Dari fakta itu maka bisa diindikasikan hasil perhitungan suaranya juga bermasalah. (Tjahjo Widyasmoro)

Baca juga:(Foto) Inilah 10 'Selfie' Teraneh yang Hanya Dilakukan Orang India, Dijamin Bikin Tertawa Geli!

Artikel Terkait