Bahkan sebuah stasiun televisi di Jepang menyiarkan sebuah drama komedi yang bercerita tentang seorang perempuan yang mencari suami berdasarkan golongan darahnya.
Tak sampai di situ
Beberapa biro jodoh menyediakan tes kecocokan golongan darah bagi mereka yang sedang mencari pasangan.
Beberapa perusahaan menempatkan karyawannya berdasarkan golongan darah, bukan kemampuan atau kapabilitasnya.
Anak-anak TK sudah dipisahkan menurut golongan darahnya, dan tim sofbol perempuan yang memenangkan medali emas di Olimpiade juga menggunakan latihan berdasarkan golongan darahnya.
Persoalan golongan darah ini bahkan sudah menjadi komponen sosial. Masyarakat Jepang memiliki panggilan tersendiri bagi pelecehan golongan darah.
Mereka menyebutnya “bura-hara”.
Walau sudah diperingatkan berkali-kali, para pewawancara masih saja menanyakan golongan darah pada calon karyawan saat wawancara kerja, jelas Junichi Wadayama petugas dari Departemen Kesehatan, Kesejahteraan dan Ketenagakerjaan Jepang.
“Kepercayaan terhadap golongan darah sudah tersebar begitu luas, bahkan para pewawancara tak sadar, menanyakan golongan darah bisa mengakibatkan diskriminasi,” ujar Wadayama.
Padahal Satoru Kikuchi profesor psikologi dari Shinshu University menyatakan, golongan darah ditentukan oleh protein dalam darah dan tak ada hubungannya dengan kepribadian atau karakter seseorang.
Lebih lanjut, Satoru mengatakan, persoalan golongan darah ini telah memalukan dunia ilmiah.
Penulis | : | Intisari Online |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR