Mereka menemukan, bulu di leher pejantan dapat mengeluarkan senyawa aldehid.
Senyawa ini juga ada dalam kulit buah jeruk dan sering digunakan dalam parfum.
Kemudian para peneliti mengukur kebugaran burung melalui tes stres.
Tes ini untuk menentukan kecepatan burung mengaktifkan hormon kortikosteron.
Semakin cepat respon, semakin bugar burung.
Hasil analisis menunjukkan burung dengan jambul besar dapat mengeluarkan aroma lebih menyengat, dan burung paling wangi dapat lebih cepat menghasilkan hormon kortikosteron.
Ini artinya, aroma burung auklet berfugsi sebagai indikator kebugaran fisik yang siap melakukan perkawinan.
“Menghasilkan parfum merupakan suatu kemewahan. Burung yang menyekresi baunya mungkin bilang, ‘saya melakukan ini meski harus menghabiskan sebagian energi metabolis,” ujar Douglas.
Lewat penelitian ini, kita tahu untuk kawin burung tidak hanya mengandalkan suara dan keelokan tubuh.
Beberapa dari mereka juga menjadikan aroma tubuh sebagai tolak ukur untuk melakukan perkawinan.
Sayangnya para peneliti belum mengetahui mengapa burung auklet jantan dapat menciptakan bau jeruk.
(Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Burung Jantan Ini Ciptakan "Parfum" Pemikat Sebelum Kawin")
Penulis | : | Muflika Nur Fuaddah |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR