Advertorial
Intisari-Online.com - Ibu Hj Suciati Saliman Riyanto Raharjo (66) kini sudah bisa bernafas lega.
Usaha pemotongan ayam yang dirintisnya sejak tahun 1966 berkembang pesat dan kini sudah berskala nasional.
Tak hanya itu, impiannya sejak kecil yakni mendirikan masjid pun dapat terwujud.
Apa yang diraih ibu berusia 66 tahun ini tidaklah semudah membalikan telapak tangan. Dia memulai usahanya dari nol.
Baca juga:Sejak Tahun 1998, Umat Buddha di Vihara Ini Sediakan Buka Puasa Gratis
Awalnya, ibunya yang bekerja di Pasar Terban, Yogyakarta berkata bahwa tidak ada yang berjualan ayam karkas di pasar ini. Lantas Ibunya lalu menawari untuk berjualan ayam karkas.
"Ditawari untuk mencoba jualan, waktu itu saya dimodali ibu itu Rp175 rupiah. Nah saya lihat ada orang bawa ayam, lalu waktu itu beli lima ekor, satu ekornya Rp35 rupiah," ucapSuciatiSenin (28/05/2018) kepada kompas.com.
Berawal dari lima ekor ayam itulah, Suciati mulai berjualan ayam karkas di pasar Terban Kota Yogyakarta. Meski berjualan, namun dirinya tidak pernah melupakan kewajibannya sekolah.
"Ayam itu saya tali di boncengan sepeda belakang. Berangkat, terus jualan di pasar. Habis tidak habis jam 7 berangkat sekolah. Ya sering terlambat masuk sekolah karena jualan," urainya.
Sepulang sekolah, Suciati kembali melanjutkan berjualan ayam.
Jika sampai sore belum habis, dia akan berkeliling dengan sepeda menjajakan dagangannya. Sebab saat itu dia tidak memiliki lemari pendingin sebagai tempat untuk menyimpan ayam.
"Saya naik sepeda keliling Bulaksumur UGM titip ke dosen-dosen. Terus keliling ke perumahan-perumahan di dekat situ. Ya soalnya jaman itu freezer kan barang mewah, saya tidak punya," ungkapnya.
Baca juga:Usai Ritual Waisak di Candi Mendut, Umat Buddha Bagi-bagi Nasi Kotak Untuk Berbuka Puasa
Pada tahun 1975 Suciati menikah dengan Saliman Riyanto Raharjo. Suaminya yang awalnya bekerja di Dinas Sosial memutuskan keluar dan fokus membantu berjualan.
Seiring berjalannya waktu, Suciati yang awalnya memulai usaha dari lima ekor ayam ini mulai membuka pemotongan ayam manual. Saat itu dirinya mulai membuka pemotongan ayam di rumahnya.
Pada tahun 2014, Suciati mendirikan PT Sera Food Indonesia yang memproduksi makanan beku seperti naget, sosis, dan patties.
Suciati juga bekerja sama dengan perusahaan restoran waralaba ayam goreng skala internasional.
"Ya sekarang produk ayam maupun makanan beku sudah didistribusikan ke seluruh Indonesia," lanjutnya.
Menabung emas untuk bikin masjid
Sejak Suciati mulai berjualan, ia mempunyai cita-cita untuk bisa membangun masjid. Guna mewujudkan cita-citanya itu, ia menyisihkan uang hasil jualanya.
"Mulai dari awal mendapat untung jualan itu, kepikiran suatu saat ingin membuat masjid. Tekad saya membuat masjid semakin kuat itu, sejak berangkat umrah tahun 1995," tegasnya.
Pada 2 Agustus 2015 cita-cita membuat masjid mulai direalisasikan oleh Suciati.
Wanita kelahiran Yogyakarta 22 Mei 1952 ini membangun masjid di Jalan Gito Gati, Pandowoharjo, Sleman Yogyakarta. Lokasinya berada didepan RPA miliknya.
"Saya melihat kalau Salat Jumat itu ada banyak yang berada di luar karena tidak muat, terus ya karena dekat jalan bisa digunakan ibadah untuk pengguna jalan. Ya intinya bisa bermanfaat bagi karyawan, masyarakat luas, terutama untuk menjalankan ibadah," urainya.
Baca juga:Hebat! Pria Asal Surabaya Ini Bisa Mengubah Sampah Plastik Jadi Bahan Bakar Minyak
Masjid yang saat ini masih dalam proses penyelesaian ini diberinama Masjid Suciati Saliman. Masjid ini dibangun diatas lahan seluas 1.600 meter persegi.
"Desain masjid ini menyerupai Masjid Nabawi di Madinah. Dulu saya melihat, langsung jatuh cinta dan ingin membuat yang seperti itu disini. Ya tentu ada kombinasi dengan desain khas Jawa, karena saya orang Jawa," lanjutnya.
Masjid Suciati Saliman terlihat sangat mewah dan megah.
Masjid ini memiliki pintu berjumlah 9 yang menggambarkan Wali Songo yang telah menyebarkan agama Islam di tanah Jawa.
Terdapat 5 menara yang menjulang ke atas. Jumlah menara ini melambangkan sholat lima waktu.
"Kita pasang juga bedug dari pengrajin di Cirebon, ukuranya 170 cm dengan diameter 130 cm. Bedug ini terbuat dari Kayu Trembesi berusia 127 tahun dari Majalengka, kulitnya dari kulit kerbau jantan," tuturnya.
Kemegahan bangunan masjid juga terlihat dari bagian dalam. Di mana lantainya dari marmer termasuk dinding.
Masjid Suciati Saliman ini terdiri dari tiga lantai, dibagian bawah masjid terdapat basement. Lantai Satu digunakan sebagai gedung serba guna. Lantai dua dan tiga digunakan untuk sholat berjamaah.
"Saat ini sudah 80 persen. Ya prosesnya memang lama, Agustus depan Insya Allah selesai semuanya," bebernya.
Baca juga:Terbukti Bersalah, Ini Vonis yang Dijatuhkan Hakim Kepada Ketiga Bos First Travel
Pada saat adzan pertama waktu salat Maghrib pada Tanggal 6 Mei 2018, Suciati hanya mampu melihat dari luar sembari melihat masjid yang ia cita-citakan.
Saat mendengar adzan itu, ia pun tak kuasa menahan air mata.
"Saya di luar waktu itu, mendengar adzan pertama saya menangis. Gimana ya, haru, senang, cita-cita sejak SMP dengan lika-likunya akhirnya terwujud," ungkapnya.
Daya tampung masjid Suciati Saliman kurang lebih 1.500 orang. Masjid ini juga ramah untuk lansia dan difabel.
Masjid ini dilengkapi dengan lift untuk lansia, difabel atau jamaah yang sedang sakit. Masjid ini juga juga dilengkapi pendingin ruangan, karena beroperasi 24 jam nonstop.
"Harapannya dengan berdirinya masjid ini bisa sebagai pusat kegiatan keislaman masyarakat di Sleman dan Yogyakarta pada umumnya," pungkas Atik. (Wijaya Kusuma)
(Artikel ini telah tayang di kompas.com dengan judul "Berjualan Ayam Sejak SMP, Kini Mimpi Suciati Membangun Masjid Terpenuhi...")