Advertorial
Intisari-online.com - Takjil biasa digunakan untuk menyebut hidangan yang biasaya muncul sore hari ketika bulan Ramadan.
Jika mendengar istilah 'takjil' tentu orang-orang akan membayangkan hidangan yang biasa disantap saat berbuka.
Bicara soal takjil, selama ini kita mendengar namanya, lantas apakah kita juga mengetahui makna sebenarnya dari hidangan takjil dan asal muasalnya?
Jika Anda belum mengetahuinya mungkin ada baiknya untuk membaca bebera hal dan pengertian tentang asal muasal takjil.
Baca Juga :Menggiurkannya Hadiah Klub Pemenang Liga Champions di Setiap Benua, Benarkah di Eropa Paling Tinggi?
Berburu takjil biasanya juga menjadi kegiatan yang dilakukan oleh sebagian besar masyarakat sambil menunggu datangnya waktu berbuka.
Hidangan manis seperti kolak, es buah, atau kurma, merupakan menu takjil favorit.
Walau takjil sudah menjadi kosakata yang akrab selama bulan Ramadhan, tetapi banyak orang yang tidak tahu dari mana kata ini berasal.
Fadli Rahman, penulis buku Jejak Rasa Nusantara: Sejarah Makanan Indonesia, menjelaskan jika istilah ini berasal dari bahasa Arab.
Baca Juga :Ciptakan Kampung Asian Games, Inilah Penampakan Baru Kampung-kampung di Palembang
Kata takjil sebenarnya bukan merujuk pada makanan.
Dalam bahasa Arab, kata takjil memiliki arti "menyegerakan".
Maksud menyegerakan ini tentunya bersegera membatalkan puasa ketika waktunya tiba.
"Takjil ini diadopsi dari bahasa Arab yang bermakna menyegerakan, di mana oleh orang Indonesia diidentikan sebagai makanan pembuka saat puasa," ucap Fadli saat melalui Kompas.com pada Kamis (24/5/2018).
Di sisi lain, takjil di bulan Ramadan bisa menjadi ajang eksistensi makanan khas Nusantara, misalnya es pisang ijo atau pun kolak.
Walau panganan tersebut juga tersedia di luar bulan Ramadan, tetapi menurut Fadli, takjil juga membantu melestarikan kuliner Indonesia.
"Variasi makanan Indonesia ini beragam. Jadi, ini bisa menjadi ajang bangkitnya kembali kuliner nusantara," katanya.
Menurutnya, tidak bisa dipungkiri jika istilah ini ada pengaruh budaya Arab yang diterima dengan baik oleh lidah dan tradisi berpuasa masyarakat Indonesia.
"Ini menunjukan keharmonisan antara budaya Arab, sebagai salah satu saluran masuknya Islam ke Nusantara, dengan budaya Indonesia," tambahnya. (Ariska Puspita Anggraini/Kompas)Artikel ini telah tayang diKompas.comdengan judul "Menu Takjil Bisa Lestarikan Kuliner Nusantara",