Advertorial
Intisari-online.com - Tak lama lagi pentas olahraga terbesar di Asia bertajuk Asian Games akan digelar.
Hal menarik dari gelaran ini adalah penyenggaranya adalah Indonesia yang khusus ditunjuk sebagai tuan rumah tahun ini.
Tentu hal ini cukup membanggakan, dan tak ramai rasanya jika gelaran ini tak dihadiri para suporter yang akan mendukung tim kesayangan mereka berlaga.
Bicara soal suporter di Asia salah satu yang terkenal adalah suporter asal Jepang bernama Urawa boys sebuah suporter pendukung tim sepakbola Urawa Red Diamonds.
Baca Juga :Inilah 4 Supporter Sepakbola Paling Fanatik Di Asia, Salah Satunya dari Indonesia
Baca Juga :Jangan Dibuang, Silica Gel Punya Segudang Manfaat yang Bisa Diketahui Lewat Warnanya
Meski hanya pendukun pemaknaan yang mendalam dari suporter ini patut diacungi jempol sebagai salah satu kelompok suporter militan.
Pasalnya suporter ini membawa ideologi mereka ke dalam sebuah ranah olahraga bernama sepak bola.
Seperti yang diketahui suporter Urawa Boys adalah kelompok fanatisme yang memicu perdebatan kontroversial setelah foto-foto mereka beredar.
Di dalamnya beredar foto-foto spanduk Che Guevara yang digantung di barisan pendukung Urawa Red Diamons.
Baca Juga :Asyik Berlibur, Bocah Tak Sengaja Temukan Pedang Legendaris Excalibur Milik Raja Arthur
Hal inilah yang memicu perdebatan sengit Ultras Urawa yang mengiklankan anti-otoritarianisme mereka.
Hal inilah yang memicu sebuah insiden yang melibatkan tim dan pendukungnya, dimana hal ini dianggap kurang pantas dibawa dalam ranah sepak bola.
Dalam sebuah artikel yang diterbitkan oleh Huffingtonpostmengutip sebuah wawancara dengan Sagara Sumitomo, pensiunan pemimpin panggilan dari kelompok penggemar ultrsa.
Ia menjelaskan bahwa 'para ultras tidak suka Korea.' Artikel ini juga menunjuk ke booing diarahkan pada akuisisi Urawa kala itu oleh seorang kore bernama Lee Tadanari, pemain tim nasional Jepang dari etnis Korea.
Baca Juga :Bukan ISIS, Inilah Kelompok Teroris Paling Berbahaya dan Paling Mematikan di Dunia
Namun, pembacaan yang cermat terhadap wawancara penuh menunjukkan bahwa Sagara tampaknya lebih menggambarkan keadaan tegang saat ini di negara tersebut dan tidak mempromosikan pemikiran rasis.
Dimana para pendukung Ultras yang mulai tak sepemaham dengan tonggak kekaisaran mulai melakukan perlawan melalui jalan yang disebut fanatisme dalam sepakbola.
Menggap sebagai sepakbola adalah suatau lahan raksasa dengan masyarakat luas didalamnya yang dianggap lebih besar dari sebuah negara.
Lambang Che Guevara yang dipajang adalah simbol yang menegaskan kebebasan dan fanatisme dari komunitas Urawa Boys.
Di mana barisan ini mengaku adalah kelompok yang bebas dan tidak trebenlunggu oleh aturan manapun, termasuk otoritas dan ideologi kekaisaran sekalipun. (Afif Khoirul M)