“Sebagai ibu yang sedang menyusui saya tak ragu untuk menawarkan diri saya untuk menyusui bayi itu.”
Setelah keluarga bayi Yaman setuju, maka Ula membagi waktunya antara mengawasi para pasien dan menyusui Yaman di ruang gawat darurat.
Baca juga: Menurut Survei 2016, Ternyata Lebih dari Separuh Warga Israel Mendukung Kemerdekaan Palestina
“Saya menyusuinya sebanyak lima kali. Bibinya memeluk dan berterima kasih kepada saya,” ujar Ula.
“Mereka sangat terkejut dan mengatakan kepada saya bahwa tak akan ada perempuan Yahudi yang mau menyusui bayi Palestina yang tak dikenalnya,” tambah Ula.
“Sebenarnya semua ibu pasti akan melakukan apa yang saya lakukan ini,” Ula menegaskan.
Menjelang jam kerjanya selesai Ula dan bibi Yaman baru menyadari siapa yang akan menyusui bayi itu selanjutnya setelah sang perawat pulang.
Akhirnya Ula mengunggah masalah itu ke grup para ibu menyusui yang diikutinya di media sosial Facebook dan menerima respon yang luar biasa.
“Dalam dua jam, saya menerima lebih dari 1.000 like dan respon yang ingin menjadi relawan bahkan ada perempuan yang bersedia datang dari Haifa untuk menyusui bayi itu,” tambah Ula.
“Sementara ini, saya terus mencoba memberi susu botol untuk bayi ini tetapi belum berhasil.”
Begitulah, empati bisa muncul kapan dan di mana pun, bahkan ketika situasi sedang memanas sekalipun.
Baca juga: Tak Perlu Hamil dan Melahirkan untuk Seorang Perempuan Bisa Menyusui
Penulis | : | Moh. Habib Asyhad |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR