Pelestarian Badak Jawa Sudah di Tahap Siaga Satu

hery prasetyo

Editor

Pelestarian Badak Jawa Sudah di Tahap Siaga Satu
Pelestarian Badak Jawa Sudah di Tahap Siaga Satu

Intisari-Online.com - Badak jawa (rhinoceros sondaicus) ibarat pasien Unit Gawat Darurat. Upaya penyelamatan dan pelestarian badak bercula satu ini mutlak, atau spesies kebanggaan Indonesia tersebut akan punah dan tinggal cerita. Sebab, kondisi badak jawa sudah pada tahap siaga satu.Seperti dilansir nationalgeographic.co.id, berdasarkan Red List Data Book yang dikeluarkan oleh International Union for Conversation of Nature (IUCN), badak jawa dikategorikan dalam status kritis terancam punah. Sedangkan Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Flora and Fauna (CITES) memasukkan badak jawa dalam Appendix I sebagai jenis yang jumlahnya sangat sedikit di alam dan dikhawatirkan akan punah.Di Indonesia, upaya penyelamatan dan pelesatarian badak jawa hanya ada di Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK), Pandeglang, Banten. Sampai dengan Februari 2013, jumlah populasi badak jawa di TNUK diketahui sebanyak 55 ekor.Seperti dilaporkan oleh antaranews.com, Direktur Eksekutif Yayasan Ujung Kulon, Enjat Sudrajat mengatakan, Yayasan Ujung Kulon tengah membantu pelestarian badak jawa dengan berupaya menyediakan pakan yang cukup bagi badak. Menurut Enjat, pihaknya akan menanam beberapa jenis tumbuhan yang menjadi pakan utama dan kesukaan badak jawa.Badak jawa adalah hewan pemakan tumbuhan (herbivora). Makanan kesukaannya ialah tunas, ranting, dedaunan, dan buah yang jatuh dari pohonnya. Kebanyakan tumbuhan yang disukai spesies ini tumbuh di daerah yang terkena sinar matahari. Mereka tidak suka tumbuhan yang lembab.Alasan Pelestarian Badak JawaDalam hal reproduksi, badak jawa betina siap bereproduksi setelah mencapai usia 3 sampai 4 tahun. Sedangkan badak jawa jantan siap bereproduksi pada usia 6 tahun.Jika telah kawin, badak betina mengandung anaknya selama 16 sampai 19 bulan. Anak yang dikandungnya pun hanya satu ekor, tak pernah lebih. Setelah lahir, induk badak itu akan mengasuh anaknya sampai dewasa.Oleh karena itu, badak jawa betina hanya bisa punya 1 anak dalam waktu 4-5 tahun sekali. Masa kawin badak jawa pun sulit ditebak. Itulah yang membuat populasi badak jawa tak banyak.Manusia Ancaman Utama BadakSebenarnya, badak jawa tidak memiliki predator alami. Satu-satunya ancaman terbesar adalah manusia. Perburuan badak jawa banyak dilakukan manusia. Cula badak ini dipercaya sebagai obat mujarab oleh ilmu pengobatan tradisional Cina selama lebih dari 2.000 tahun. Walaupun belum terbukti secara ilmiah, banyak orang yang tetap meyakininya.Seorang pemburu biasanya mengambil cula badak dengan membuatnya pingsan. Setelah pingsan, pemburu memotong cula badak, lalu membiarkannya mati kehabisan darah.Tidak cukup sampai di situ, pemburu juga mengincar kulit badak. Banyak yang mengangggap kulit badak bagus untuk baju perang karena ketebalan dan kekuatannya.Habitatnya yang semakin sempit membuat badak jawa sulit mendapatkan makanan. Hal itu juga yang membuat pemburu mudah menemukan badak.Upaya Pelestarian Badak JawaOrganisasi internasional yang menangani masalah konversasi, penelitian, dan restorasi lingkungan, World Wide Fund for Nature (WWF) untuk Indonesia tengah melakukan penelitian terhadap populasi badak jawa di TNUK untuk memperoleh informasi tentang pola perilaku, distribusi, migrasi, masa kawin, dan keragaman genetik.Seperti ditulis wwf.or.id, selain dari penelitian dan dukungan terhadap patroli anti-perburuan badak jawa, WWF-Indonesia di TNUK juga memfokuskan kegiatannya pada upaya manajemen habitat dengan harapan habitat yang terjaga akan bisa mempertahankan populasi yang tersisa.Selain itu, keterlibatan masyarakat pun dibutuhkan untuk menjaga populasi badak jawa agar terhindar dari kepunahan.Moh Haryono, Kepala Balai TNUK kepada National Geographic Indonesia mengatakan, edukasi konservasi bagi kalangan pelajar sekolah dasar merupakan investasi jangka panjang untuk menumbuhkembangkan kecintaan dan kebanggaan generasi penerus terhadap satwa langka tersebut. (Rangga Rahadiansyah)