Intisari-Online.com - Ketika berbelanja, seseorang tentu akan dihadapkan pada barang-barang dengan harga yang selangit dan juga yang lebih murah. Tapi tentu saja yang menjadi fokus perhatian adalah barang dengan kualitas yang baik. Namun, tidak sedikit orang yang berasumsi bahwa barang dengan kualitas yang baik memiliki harga yang selangit. Makanya, orang cenderung menolak barang yang murah
The School of Life, lembaga pengembangan inteligensi emosional, mengungkap alasan mengapa banyak orang membenci barang-barang yang murah.
Hubungan antara harga barang dengan nilai memang telah ada sejak dulu. Kabarnya, hubungan ini telah muncul sejak akhir abad ke-18 yang ditandai dengan kemunculan Revolusi Industri. Saat itu, banyak orang yang membuat produk-produk berkualitas tinggi dengan harga murah. Ini tentunya berkaitan dengan adanya kemajuan teknologi.
Hal tersebut menjadi kabar baik saat itu. Namun dalam perkembangannya menjadi berbeda. “Meskipun hasilnya memang baik, alih-alih membuat pengalaman yang bermanfaat untuk banyak orang, industrialisasi kini memberikan dampak yang berbeda,” jelas The School of Life. Banyak industri yang kemudian melakukan penyimpangan dengan menambah dana pajak dan bunga. Situasi ini kemudian terus berkembang.
Sekarang ini, kita dengan mudah dapat melihat fenomena bahwa sulit untuk mendapatkan barang murah dengan kualitas yang baik. Barang-barang yang ketersediannya bisa dengan mudah didapatkan, kini harus dibeli dengan harga yang mahal. “Kami telah melihat bagaimana harga dibuat dengan cara yang salah,” jelas The School of Life.
(Business Insider)