Ratusan Tahun Berperang, Manusia Tetap Gagal Menaklukan Nyamuk Aedes

Moh Habib Asyhad

Editor

Ratusan Tahun Berperang, Manusia Tetap Gagal Menaklukan Nyamuk Aedes
Ratusan Tahun Berperang, Manusia Tetap Gagal Menaklukan Nyamuk Aedes

Intisari-Online.com -Ratusan tahun berperang melawannya tapi manusia tetap gagal mengalahkan nyamuk Aedes—di Indonesia dikenal ada Aedes aegypti atau Aedes albopictus. Nyamuk ini dikenal sebagai pembawa beberapa virus seperti Yellow Fever, DBD, hingga Chikungunya.

Dan yang paling baru adalah Zika. Virus yang ditemukan pertama kali di Uganda pada tahun 1947. Beberapa ahli menyebut virus ini sebagai penyabab microcephaly—sementara DBD masih menjadi momok yang tak kalah menakutkan.

Beragam cara telah dilakukan untuk memberantas virus ini. Beragam teknologi telah dikembangkan untuk memberangus nyamuk ini. Tapi manusia tetap tak mampu mengalahkannya. Pertanyaannya: kenapa kita tidak bisa mengalahkannya?(Baca juga: Mengatasi Zika: melawan nyamuk dengan nyamuk)

Jawabannya ada dua. Pertama, karena karakter si nyamuk. Sejumlah penelitian yang dilakukan para ilmuwan telah mengungkap bahwa karakter Aedes aegypti dan Aedes albopictus memang suka berdekatan dengan manusia.

Profesor bidang parasitologi dari Universitas Indonesia, Suleha Sungkar, mengatakan, A. albopictus banyak ditemukan di lingkungan pedesaan dan banyak berada di lingkungan luar rumah, seperti taman. Sementara, A. aegypti adalah makhluk yang suka berada di dalam rumah.

A. albopictus adalah nyamuk yang cepat panik tetapi cerdas. Bila manusia bergerak saat darahnya dihisap, nyamuk itu akan cepat pergi. Namun, A. albopictus lebih cepat dalam menularkan virus. Dalam sekali waktu, nyamuk ini bisa menularkan virus ke enam orang sekaligus.

Sementara A. aegypti adalah nyamuk yang agresif. Ia tetap akan menghisap darah walaupun kita berontak. Karenanya, A. aegypti biasanya mati setelah menghisap darah. Itu pun setelah kita memencetnya.

Dan yang perlu diperhatikan, dua jenis nyamuk ini sangat suka dengan bau manusia. Mereka suka bersembunyi di ruang paling privat manusia, seperti ruang tidur, sela-sela pakaian yang digantung, dan tumpukan pakaian. Keduanya juga nyaman berkembangbiak di bak mandi dan tempat apapun yang memiliki genangan air. Mereka bisa beranak-pinak walaupun airnya hanya 1-2 cc.

Kedua, karena perilaku manusia. Beragam karakteristik A. aegypti dan A. albopictus sebenarnya sudah sering disosialisasikan. Namun nyatanya, manusia memang hingga sekarang kurang menumbuhkan kewaspadaan pada wabah penyakit.(Baca juga: Nyawa hilang gara-gara nyamuk)

Pembangunan kawasan perumahan misalnya. Manusia senang membangun kawasan padat tanpa sistem suplai dan pembuangan air yang bagus. Akibatnya, ada banyak genangan di sekitar pemukiman. “Lalu juga soal konsumsi plastik. Kita banyak pakai kemasan plastik dan membuang begitu saja. Itu memungkinkan adanya genangan dalam wadah,” ujar Suleha.

Manusia juga kurang sadar arti penting kebersihan untuk mencegah penyakit. Contoh, bak mandi jarang dikuras sehingga menjadi medium perkembangbiakan nyamuk. Hal lain, sementara manusia senang memelihara tanaman hias, sedikit yang memperhitungkan tanaman sebagai kontrol pada invasi nyamuk. Padahal ada tanaman yang bisa berperan sebagai penangkal nyamuk. Sebab lainnya adalah kebiasaan kita menampung air hingga berhari-hari.(Kompas.com)