Advertorial
Intisari-Online.com -Lembaga tentara bayaran MPRI (Military Professional Resources Inc) didirikan tahun 1987 oleh Jenderal Purnawirawan AD AS Vernon Lewis.
Tujuan Lembaga ini didirikan adalah untuk mengantisipasi ekses-ekses konflik pasca Perang Dingin, maka para personelnya harus terdiri para intelektual terlatih dan para jenderal yang sudah kenyang pengalaman perang.
Maka ratusan jenderal dan para intelektual yang juga mantan tentara profesional banyak yang bergabung ke MPRI.
Klien utama MPRI adalah pemerintah Amerika Serikat sendiri. Namun MPRI juga menerima order-order dari negara yang disetujui pemerintah AS, instansi swasta, lembaga militer dan sipil.
Baca juga:Gurkha Tentara Bayaran Inggris yang Dikenal Sangat Haus Darah Ketika Sudah Mencabut Pisau Kukrinya
Pada tahun 2000, MPRI dibeli perusahaan milik Lehman Brothers, L-3 Communications. Nilai penjualan perusahaan ini mencapai 40 juta dollar AS.
MPRI kemudian masuk ke pasar bursa New York Stock Exchange dengan sandi LLL. Dua tahun kemudian, atau 2002, LLL sudah memiliki 40 pengelola dan membawahi 800 agen cabang dengan 12.500 orang anggota siap tugas.
Pucuk pimpinan MPRI dipegang oleh jenderal-jenderal besar AD AS, misalnya Jenderal Carl E.Vuono. Ia adalah mantan Kepala Staf AD AS periode 1987-1993.
Atau Jenderal Ronald H.Griffith yang menjabat sebagai Wakil Presiden MPRI. Ia adalah mantan Wakil Kepala Staf AD AS pada periode yang sama.
Dalam melayani kliennya, MPRI memiliki lima grup operasional dan satu grup joint venture. Kelima grup operasional meliputi National Group, International Group, Alexandria Group, Simulation Group serta Training Technology Group.
Sementara untuk joint venture namanya adalah Joint Ventures Group.
National Group adalah kelompok MPRI yang dikhususkan melayani permintaan dari Departemen Pertahanan AS dan instansi-instansi terkait di dalam negeri.
Sementara International Group adalah kelompok yang disiapkan untuk melakukan order-order dari angkatan bersenjata AS di luar negara AS serta permintaan negara-negara yang disetujui pemerintah AS.
Alexandria Group adalah kelompok MPRI yang bertugas melayani permintaan agen law enforcement dan korporasi di seluruh dunia.
Lalu Simulation Group adalah kelompok MPRI penyedia berbagai kendaraan dan jasa terkait yang dibutuhkan.
Produk-produk yang digunakan MPRI merupakan produk yang telah teruji di berbagai medan selama bertahun-tahun.
Sementara Training Technology Group adalah kelompok MPRI yang bertugas melayani permintaan Laser Marksmanship Training System (LMTS) kepada militer, lembaga law enforcement serta organisasi umum di seluruh dunia.
Baca juga:Irak dengan Alam yang Kaya dan Subur Serta Cadangan Minyak yang Besar Membuat AS Ingin Menguasainya
Terakhir, Joint Venture Group adalah kelompok MPRI yang melayani permintaan dari para Civilian Police International (CPT), Forfeiture Support Associates (FSA), Departemen Dalam Negeri, Departemen Peradilan serta agen-agen kontrak pemerintah terkait.
Tanggal 7 Maret 2005, MPRI menandatangani kontrak enam tahun dari Departemen Peradilan (Departement of Justice).
Pekerjaannya meliputi program pelatihan dan pelatihan untuk investigasi kriminal internasional.
MPRI mendidik para personel penegak hukum yang berada di luar AS. Nilai kontrak untuk pelatihan ini mencapai 400 juta dollar.
April 2003, MPRI menerima kontrak dari Departemen Pertahanan untuk melakukan kerja di
Irak. Kontrak kerja meliputi berbagai aspek terkait dengan Perang Teluk Babak Kedua. Nilainya mencapai 2,5 juta dollar.
Tidak hanya berperang melawan persenjataan keras, MPRI juga melayani order kerja pemberantasan narkotika dan barang-barang haram.
Contohnya, pada tahun 2000 MPRI menandatangani kontrak senilai 4,3 juta dollar AS dari pemerintah Kolombia untuk memberantas penyelundupan dan penggunaan barang-barang terlarang di negara Amerika Latin tersebut.
Masih di tahun 2000, MPRI melakukan pelatihan terhadap 20 jenderal purnawirawan Nigeria.
Para jenderal dikumpulkan dan diberi perkuliahan sehingga bisa menjadi think tank dalam penyiapan hubungan yang baik antara institusi militer dengan masyarakat sipil dalam menghadapi isu-isu keamanan negara.
Di negara-negara Afrika lainnya, MPRI juga terlibat dalam banyak kontrak pelatihan.
Antara lain di Senegal, Malawi, Benin, Mali dan Kenya. Pendek kata, walau keberadaan anggotanya memang tidak sepopuler yang digambarkan oleh media, MPRI bekerja secara bergerilya di belakang layar.
Di tahun yang lebih awal lagi, November 1994, MPRI mendapat kontrak dari pemerintah Kroasia untuk melatih tentara negara tersebut.
Saat itu Kroasia sedang terlibat perang sipil dengan Serbia. Kroasia kemudian melancarkan Operasi Storm pada Agustus 1995. Operasi ini berhasil dengan sukses dan diakhiri dengan dilakukannya Dayton Peace Accord pada November 1995.
Jauh dari kesan angker, MPRI melakukan perekrutan anggota salah satunya adalah di sejumlah universitas yang ditunjuk.
Pusat perekrutan anggota MPRI tersebar di 217 universitas. Sementara di lingkungan militer, MPRI memiliki pusat perekrutan di 29 tempat.
Demi mendukung tugas-tugas yang membutuhkan kemampuan inteletula, anggota MPRI berasal dari berbagai latar belakang pendidikan.
Ada yang dari bidang hukum, managemen, ilmu pasti hingga insan militer. Semuanya dilatih agar menjadi tentara beyaran profesional dan siap ditugaskan di mana saja.