Advertorial
Intisari-Online.com- Beberapa waktu lalu, ada pemandangan tidak biasa di desa Cishan di Provinsi Jiangxi, China.
Sekitar 500 peti mati berbagai bentuk dijejerkan di sebuah tanah lapang. Sementara ratusan manula menyaksikannya.
Bukan untuk dikuburkan, tetapi peti mati itu dihancurkan dengan menggunakan sebuah buldozer.
Penghancuran mati itu diperintahkan oleh pejabat berwenang di desa tersebut.
Rencananya kayu dari peti mati itu akan digunakan sebagai tenaga listrik setempat.
Baca juga:Kisah Mayat dengan Penampilan Paling Mewah di Dunia Ini Ternyata Menyimpan Masa Lalu yang Tragis
Lalu, siapakah pemilik dari peti mati yang dihancurkan tersebut?
Dilansir dari Global Times, peti mati itu ternyata milik para warga desa.
Mereka secara sukarela menyerahkan peti mati miliknya dan diberi penghargaan sebesar 1.000 yuan atau Rp2 juta.
Meskipun demikian, media setempat melaporkan, ada juga warga yang dipaksa berpisah dengan peti mati milik mereka.
Sekadar tahu, seringkali peti mati itu dibuat dari kayu yang bagus dan diberi hiasan, yang harganya sekitar 5.000 yuan atau Rp10 juta.
Nah, kegiatan penghancuran peti mati ini sejalan dengan sebuah prakarsa pemerintah pusat untuk mengurangi konsumerisme dari tradisi pemakaman, seperti menguburkan jenazah di tanah.
Untuk itu, pemerintah mempromosikan cara pemakaman yang lebih ramah lingkungan.
Baca juga:Rela Berutang Besar untuk Beli Peti Mati yang Unik, Demi Selamatkan si Mati Menuju Dunia Lain
Hal ini menjadi sulit di beberapa daerah di China yang masih menjalani tradisi ritual pemakaman.
Salah satunya adalah dengan mempersiapkan sendiri peti matinya selama beberapa tahun sebelumnya.
“Peti matiku dibuat pada 27 tahun lalu. Awalnya aku menentang, tetapi anak-anak meyakinkanku bahwa kremasi lebih baik,” cerita seorang manula dengan nama kecil Gong.
Dilansir dari situs Medium, penghancurkan peti mati ini adalah bagian dari rencana besar nasional.
Tujuannya, untuk mempromosikan kremasi, melindungi tanah, dan mengurangi sampah serta pengeluaran berlebihan pada pemakaman di China.
Pemerintah Jiangxi menjelaskan dalam temu media awal bulan lalu dalam mempromosikan prakarsa ‘pemakaman hijau’.
Gerakan pembaharuan ini memberikan ‘insentif dasar’, yaitu menawarkan bebas pelayanan kremasi dan memberi ganti kepada mereka yang sudah terlanjur punya peti mati.
Intinya, pemerintah Jiangxi membidik ‘Tiga 100%’. Tiga hal itu adalah 100% menarik peti mati, 100% tingkat kremasi, dan 100% menguburkan sisa-sisa jenazah di pemakaman umum.
Kebijakan ini muncul karena budaya pemakaman dan berbiaya mahal di China.
Pasalnya, banyak warga yang percaya kualitas pemakaman mencerminkan status dalam hidup mendiang dan kesejahteraanya di kehidupan setelah kematiannya.
Pembaharuan cara pemakaman dan mendorong kuota kremasi ini beberapa tahun lalu memicu sejumlah hal yang mengerikan.
Pada 2014 seorang manula di Provinsi Anhui bunuh diri untuk menghindari batas waktu kebijakan kremasi.
Sementara kepolisian di Provinsi Guangdong membeli mayat dari perampok kuburan dan membakarnya untuk memenuhi quota kremasi.
Baca juga:Bisa Timbulkan Ledakan, Inilah yang Terjadi Saat Tubuh Dikremasi!