Advertorial
Intisari-Online.com -Dari sejarahnya Indonesia (AURI/TNI AU) mengenal rudal pertama kali dari Rusia saat berlangsungnya Operasi Trikora dalam upaya merebut Irian Barat (Papua) dari Belanda (1962-1963).
Sebagai persenjataan yang sangat modern dan ampuh, rudal buatan Rusia itu “harus” dibeli guna menjawab tantangan tugas operasional sebagai kelengkapan militer.
Syarat harus dibeli itu ditegaskan oleh Presiden RI saat itu, Soekarno meskipun banyak persenjataan dari Rusia yang dikirim ke Indonesia akhirnya tidak dibayar alias dikemplang.
Meski tak memiliki dana memadai, tidak tanggung-tanggung, Indonesia saat itu menginginkan rudal terbaik, terbesar dan terdahsyat untuk menghancurkan ikapal induk Belanda, HNLMS Karel Doorman.
Tapi keinginan mengoperasikan rudal terhebat tersebut membuat Indonesia harus mempunyai wahana pembawa, yaitu pesawat terbang bomber yang memiliki ukuran terbesar saat itu.
Karena saat itu (1962) kiblatnya Indonesia adalah ke Blok Timur, bomber yang diincar adalah pesawat pengebom TU-16KS.
Pasalnya TU-16 KS sangat cocok untuk membawa rudal terbesar dan terhebat di era itu, yakni rudal sasaran permukaan (surface air missile) AS-1 Kennel.
Sebagai rudal berukuran raksasa, bodinya bahkan sebesar jet MiG-15 yang juga sudah dimiliki oleh Indonesia saat itu.
Baca juga:Tu-16 AURI: Inilah Pesawat Penghancur Kapal Induk Bak Malaikat Maut yang Paling Ditakuti Belanda
Memang antara rudal AS-1 dengan pesawat MiG-15 mempunyai banyak kemiripan mulai dari bentuk, ukuran, mesin pendorong, kemudi dan bahan bakar.
Perbedaannya hanya terletak pada sistem kendali. Bila MiG-15 dikendalikan pilot maka rudal AS-1 ini dikendalikan oleh sistem radio untuk menuju sasaran yang dikehendaki.
Kehadiran AS-1 Kennel di lingkungan AURI menandai lompatan ke teknologi peperangan moderen.
Kedatangan AS-1 bisa disebut sebagai momen sejarah. Pasalnya, di saat AURI sudah mulai mengoperasikan rudal, secara umum angkatan udara dunia lainnya baru mengenal roket.
Untuk mendapatkan rudal AS-1 Kennel dari Rusia juga bukan langkah yang mudah karena dalam pelayarannya negara-negara blok Barat telah melakukan blokade laut.
Tapi lusinan rudal AS-1 berhasil diselundupkan ke Indonesia dalam beberapa kali pengapalan dan disimpan di gudang persenjataan di salah satu pangkalan militer rahasia.
Rudal AS-1 Kennel yang mempunyai berat 4.000 kg ini memang cocok untuk menghancurkan sasaran strategis seperti kapal induk AL Belanda.
Dalam perkiraan intelijen Indonesia, kapal induk itu akan digeser dan masuk dalam kekuatan militer Belanda di Irian Barat.
Baca juga:Ketika Pilot TNI AU Terjebak di Tengah Kelompok Bersenjata yang Telah Membunuh 4 Personel Kopassus
Oleh karena itu kapal induk harus dihancurkan atau minimal dilumpuhkan menggunakan sejumlah pesawat pengebom Tu-16KS.
Untuk itu tiap pesawat harus membawa dua rudal yang dapat diluncurkan dari jarak 120 km.
Dalam perhitungan supaya misi berhasil, ternyata diperlukan minimal enam TU-16 guna melawan satu kapal induk.
Perhitungan ini sudah menyangkut kegagalan saat bertolak dari pangkalan skadron, kesalahan navigasi, kesalahan bidik, kesalahan sistem termasuk sistem pelepasan dan juga kegagalan rudal itu sendiri.
Maka sengaja disiapkan enam pesawat TU-16 , sekaligus 12 rudal harus disiapkan dalam misi rahasia itu.
Sebetulnya kapal induk Karel Doorman dapat dilumpuhkan hanya dengan tiga rudal yang akan dilepas dalam selang 30 detik bila ketiga rudal tepat mengenai sasaran.
Tapi kala itu kesalahan pengeboman , sistem rudal, navigasi serta kesalahan peledakan masih memungkinkan sehingga diperlukan enam TU-16 guna melawan satu kapal induk.
Namun setelah pesawat mata-mata AS, U-2 berhasil memotret jajaran pesawat pengebom TU-16 bersenjata rudal di Madiun, Jawa Timur, dan kemudian dilaporkan Belanda, yang terjadi sungguh di luar dugaan.
Selain Belanda lebih suka mengembalikan Irian Barat ke pangkuan RI tanpa melalui peperangan, kapal induk Karel Doorman juga cepat-cepat kabur setelah mengirim sejumlah pesawat tempur ke Biak karena khawatir dihancurkan oleh rudal-rudal AS-1 Kennel AURI.