Ada juga jenis persembahan ketiga: hadiah amal bagi jiwa-jiwa yang terabaikan dari mereka yang meninggal jauh dari rumah atau tidak diberi pemakaman yang layak keadaan di mana keturunan mereka tidak mampu merawat mereka dengan benar.
Jadi, pakaian dan uang kertas dikirim untuk mengurangi penderitaan mereka di akhirat.
3. Selain uang, persembahan juga berupa replika benda kertas mulai mobil hingga tas mewah
Baca Juga : Asyik Berlibur, Bocah Tak Sengaja Temukan Pedang Legendaris Excalibur Milik Raja Arthur
Sesajen secara tradisional terbuat dari bambu atau kertas beras dan dapat dibeli di tempat yang disebut 'toko kertas,' yang secara khusus dikenal untuk barang-barang kertas berwarna cerah yang dipajang.
Lalu, di Hongkong uang Imitasi tersebut disebut dengan permen karet zi, atau 'kertas emas'.
Bahkan ada juga benda-benda kertas buatan tangan dan aksesoris yang dibuat dari permen karet zi yang menyerupai apapun seperti rumah, ponsel hingga tas gucci.
4. Persembahan berbeda diberikan kepada leluhur, dewa dan hantu
Dewa biasanya diberikan uang emas dan pakaian kertas yang berbentuk jubah klasik dengan hiasan naga.
Namun, lain halnya dengan Dewa Hantu diberi persembahan lain, dimana ia diberikan kertas Joss yang kurang berharga yang sering disebut dengan 'uang putih'.
5. Persembahan untuk Roh-roh yang gelisah
Festival Ching Ming, atau biasa disebut Hungry Ghost Festival dalam bahasa asingnya terjadi selama bulan lunar ketiga, dikenal dengan tradisi menyapu kuburan.
Ini adalah hari ketika orang China mengunjungi kuburan leluhur mereka, merapikan daerah itu, dan membuat makanan, dupa, dan sesajen kertas.
Liburan penting lainnya untuk pemujaan leluhur adalah Hungry Ghost Festival, yang terjadi selama bulan ketujuh dari kalender lunar.
Selama bulan tersebut, dikatakan bahwa gerbang surga dan neraka dibuka, dan hantu berkeliaran di bumi.
Pada hari ke-15 setiap bulan, orang-orang Tionghoa membuat persembahan untuk leluhur mereka sendiri dan roh-roh yang gelisah, salah satunya dengan membakar kertas Joss.(Afif Khoirul M)
Source | : | theculturetrip |
Penulis | : | Afif Khoirul M |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR