Advertorial
Intisari-Online.com – Menabung memang lebih gampang direncanakan, ketimbang dilaksanakan. Apalagi kalau harus pergi ke bank dan sejenisnya.
Namun, pengalaman saya baru-baru ini menunjukkan, menabung dapat dilakukan kapan saja, di mana saja. Tak perlu repot mencari bank.
llhamnya datang dalam perjalanan menuju Pemalang, tempat tinggal orangtua, pada Februari 2004 lalu.
Awalnya, saya mau naik kereta api Kaligung, alat transportasi favorit saya selama ini. Namun di kantor, rencana saya berubah, karena ada rekan kerja yang juga hendak pulang kampung.
Baca juga:Cara Menabung Ini Memang Tak Lazim, Tapi Dijamin Bikin Keuangan Tak Sekarat saat Kondisi Darurat
Ketimbang pulang sendirian, lebih baik naik bus bersama teman.
Di dalam bus, suara nyaring kondektur acap berkumandang, menambah berisik suasana bus kelas ekonomi itu.
Saya yang duduk di kursi tambahan, baris paling belakang, mendapat hiburan tersendiri, bisa menyaksikan kondektur bolak-balik menagih ongkos.
Lebih menyenangkan lagi, menyaksikan kondektur menghitung pendapatannya, rupiah demi rupiah.
Tiba-tiba, ada sebuah rutinitas yang menggoda. Si kondektur rajin bolak-balik memasukkan uang logam Rp 500,- ke dalam lubang pada pipa besi yang menempel di bagian belakang mobil.
Pipa besi itu biasa dipakai penumpang untuk berpegangan.
"Menabung, Pak?" tanya saya.
"Ya, ditebok Lebaran nanti, Mas," jawab si kenek. "Lumayan, bisa dapat Rp 500.000 – Rp 700.000-an."
Dalam hati saya terharu.
la baru saja mengajari saya, menabung itu ternyata soal niat, bukan tempat, seperti saya pikirkan selama ini. (Anggit Haryoso – Intisari Januari 2005)
Baca juga:Seni Menabung Gaya Jimpitan, Seni Menyediakan Dana Darurat yang Selalu Siap dalam Kondisi Mendesak