Intisari-Online.com – Ketika dua batang pohon ini tumbang didepan Kampus, karena diserang angin ribut, terdengar seakan-akan ada orang menangis.
Suaranya seperti bayi yang sudah beberapa jam tidak disusui ibunya. Serak-serak agak menyedihkan. Tidak terlalu keras memang, hanya terdengar sekitar 1-2 meter saja.
Tetapi jika pohon yang tumbang ini banyak, tentu saja akan terdengar keras juga, walaupun tidak sampai meraung-raung.
Bagi orang-orang yang biasa berpikir yang “bukan-bukan", hal ini tentu akan dihubungkan dengan cerita-cerita yang “bukan-bukan" itu.
BACA JUGA: Tidak Sedang Sedih Tapi Tiba-tiba Menangis, Mungkin Satu dari Lima Hal Ini Penyebabnya
Seperti halnya yang terjadi di Kebun Raya Bogor pada peristiwa yang sama beberapa tahun yang lalu.
Cerita tentang angin ribut itu berkembang, mulai dari terlihatnya kencing raksasa dan bekas tapak kakinya di halaman Istana, yang mungkin hanya akibat air hujan biasa saja, sampai pada bekas-bekas tembakau susuran ludah nenek-nenek yang makan sirih (nginang).
Saya tak tahu pasti, apakah di Kebun Raya waktu itu ada juga pohon Dillenia yang tumbang.
Kalau ada, tentu saja cerita-cerita ini akan lebih “seram" lagi, karena akan bersambunglah dengan cerita-cerita bahwa setelah angin ribut itu di Kebun Raya terdengar tangisan dari setan-setan penghuninya.
Pohon Dillenia adalah termasuk kayu dari Famili Dilleniaceae, di Bogor (dan orang-orang Sunda umumnya) menyebutnya sebagai pohon Sempur atau Simpur, sedangkan orang Jawa mengenalnya dengan nama Junti.
Tidak seperti Pinus, atau pohon Mahoni misalnya, yang asalnya diketahui dari negara lain, maka nenek moyang pohon ini benar-benar asli Indonesia.
Kemudian orang-orang pinter memberinya nama Dillenia aurea atau Dillenia spigata dan Iain-lain sebutan yang menunjukkan perbedaan speciesnya saja.
Source | : | intisari |
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR