(Baca juga: Seberapa Tahan Anda Bisa Menjaga Rahasia? Ukur dengan Kuis Berikut Ini!)
Tak jarang pembuat kuis mencantumkan klausul sepeti ini:
"Kami memiliki hak mengubah atau memodifikasi kebijakan privasi ini dari waktu ke waktu dan, dalam kasus semacam itu, kami akan membuat pemberitahuan publik dalam laman kebijakan privasi ini (atau melalui pemberitahuan individu seperti dokumen tertulis, faksimili atau e-mail) dan mendapatkan persetujuan dari para pengguna jika diharuskan oleh hukum yang berlaku”.
Nah, jika kita asal mencentang saja surat pernyataan itu, di sinilah peretas memanfaatkan kelengahan kita.
Menurut Sri Sridharan, Direktur Manajer di Florida Center untuk bagian Cybersecurity, semakin peretas mengetahui banyak informasi tentang kita, semakin mereka bisa mengarahkan kita ke situs-situs lain yang seharusnya tidak kita kunjungi.
Data pribadi kita itu bagi seorang pemasar tentu menjadi berlian yang tak ternilai harganya di mata pengiklan dunia maya.
Tak ada jaminan bahwa data-data kita tak jatuh ke tangan pihak ketiga.
Tak jauh berbeda, pakar anti-virus Alfons Tanujaya dari perusahaan Vaksincom, juga menekankan kepada upaya pembuat kuis untuk mendapatkan sebanyak mungkin pengguna.
Jika layanan mereka makin populer, maka akan memberikan keuntungan finansial yang makin besar untuk pembuatnya.
Lepas dari soal data-data pribadi tadi, jika kita telaah hasil kuis itu sebenarnya tidak berguna bagi kita.
Sekadar lucu-lucuan yang tidak lucu kata seorang teman sebab tak jarang malah “membuka aib” kita.
Dalam kasus tes IQ secara daring, banyak soal ujian yang mungkin dirancang secara asal dan tentu saja jawabannya juga asal, karena tujuan utama si pengelola situs bukan ingin mengukur IQ pengguna, tetapi menggali data pribadi Facebook sebanyak mungkin.
Bisa jadi hasil tes IQ itu sepenuhnya keliru.
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR