Advertorial
Intisari-Online.com - Biasanya yang dipelajari di sekolah-sekolah, lapisan bumi terdiri dari 3 bagian: kerak, mantel, dan inti.
Namun, sebuah studi baru yang diterbitkan dalam Science minggu ini telah memperumit gagasan itu.
Studi itu juga mengungkap temuan sebuah pegunungan yang mungkin lebih besar dari Everest juga terletak jauh di dalam Bumi.
Dilansir dari All that's Interesting, ahli geofisika Princeton, Jessica Irving dan Wenbo Wu bekerja bersama Sidao Ni dari Institut Geodesi dan Geofisika di Cina untuk menganalisis data seismik gempa bumi besar-besaran tahun 1994 di Bolivia.
Baca Juga : Kisah Andrey Dolgov, Kapal Perampok Ikan Buruan Banyak Negara yang Bertekuk Lutut di Tangan Menteri Susi
Mereka memeriksa lapisan di bawahnya dan menemukan gunung yang terletak pada lapisan 410 mil di bawah permukaan bumi.
Tim menamai lapisan itu sebagai "batas 660 km".
Dengan kekuatan 8,2, gempa Bolivia pada tahun 1994 adalah gempa bumi terbesar kedua yang pernah tercatat.
Hal itu memungkinkan para peneliti untuk melihat sejelas mungkin apa yang berada di bawah Bumi.
Para peneliti menggunakan klaster superkomputer Tiger Princeton.
Alat ini pada dasarnya membuat grafik data seismik yang mirip dengan bagaimana gelombang cahaya direkam mencerminkan atau membiaskan permukaan.
"Kita tahu bahwa sebagian besar benda memiliki kekasaran permukaan dan karenanya menyebarkan cahaya," kata Wu.
Dalam studi ini, kami menyelidiki gelombang seismik yang tersebar yang bergerak di dalam Bumi untuk membatasi kekasaran batas Bumi sejauh 660 km," lanjutnya.
Apa yang mereka temukan benar-benar mengejutkan, bahwa batas tersebut memiliki lapisan permukaan yang jauh lebih kasar daripada permukaan Bumi.
"Dengan kata lain, topografi yang lebih kuat daripada Pegunungan Rocky atau Appalachia ada di batas 660 km," jelas Wu.
Baca Juga : Suka Makan Kotorannya Sendiri, Satu dari 5 Alasan Ikan Mujair Diklaim Berbahaya Bagi Kesehatan Kita
"Mereka menemukan bahwa lapisan dalam Bumi sama rumitnya dengan apa yang kita amati di permukaan," kata seismolog Christine Houser, asisten profesor di Institut Teknologi Tokyo yang tidak terlibat dalam proyek ini.
Konsekuensi dari data yang baru ditemukan ini memiliki implikasi substansial pada pemahaman kita tentang pembentukan Bumi dan cara kerjanya.
"Batas 660 km" pada dasarnya membagi mantel menjadi bagian atas dan bawahnya.
Area yang lebih halus dari batas yang ditemukan mungkin dihasilkan oleh pencampuran vertikal bahan kimia mantel.
Sedangkan bagian pegunungan yang lebih kasar mungkin telah dibentuk oleh area di mana dua bagian mantel tidak bercampur secara harmonis.
Baca Juga : Demi Ajak Keluarganya Berlibur, Ayah Ini Rela Berhenti Merokok dan Berhasil Menabung Hingga Rp20 Juta