Advertorial
Intisari-Online.com -Seorang siswiSDIT Bina Mujtama, GNS (10), mengaku dihukumpush-up oleh pihak sekolah lantaran belum melunasi uang sumbangan pembinaan dan pendidikan (SPP).
Orangtua GNS sendiri mengaku tak punya biaya sehingga sampai saat ini belum bisa melunasi SPP.
"Yang nyuruh kepala sekolah. katanya belum dapat kartu ujian soalnya belum bayaran," ucap GNS dengan mata berkaca-kaca, seperti dilansir darikompas.com.
Pihak sekolah, melalui kepala sekolah, Budi, mengakui bahwa dirinya memberikan hukumanpush-up sebagai bentikshock therapy.
Baca Juga : Anak-anak Bukan Penjahat, Hukuman Fisik Justru Bikin Mereka Dendam kepada Orangtua
Namun, dirinya menyangkal menjatuhi hukuman sebanyak 100 kali, melainkan hanya 10 kali.
“Oh enggak, jadi hanya syok terapi memang kita lakukan (suruh push-up) tapi tidak sampai sebanyak itu, hanya 10 kali (suruh push-up-nya),” ujar Budi, kepada kompas.com.
Lalu, pantaskah seorang anak diberi hukuman fisik? Lebih lanjut, benarkah hukuman fisik dapat membuat seorang anak lebih disiplin?
Untuk menemukan jawabannya, mari kita simak artikelkompas.com berjudul "Hukuman Fisik Bukan Cara Efektif Bikin Anak Disiplin" berikut ini.
Baca Juga : Ingat, Alih-alih Membuat si Kecil Jera Hukuman Fisik Justru Bikin Anak Dendam pada Orangtua
Hukuman fisik untuk anak, apalagi memukul dianggap sebagai cara yang keliru untuk mendisiplinkan anak.
Meski begitu, masih ada sebagian orangtua yang menerapkannya karena berbagai alasan. Salah satu dalih yang dipakai adalah anak terlalu "nakal" dan sulit diatur.
Para dokter anak yang tergabung dalam American Academy of Paediatrics (AAP) kembali mengingatkan orangtua akan dampak negatif hukuman fisik dan hukuman verbal terhadap anak.
Hukuman berupa memukul bokong (spanking), memukul tubuh, menampar, mengancam, dan mempermalukan anak, bukan hanya tidak efektif tapi juga merusak mental.
"Strategi pendisiplinan yang bersifat menyerang, termasuk memukul dan berteriak pada anak, minimal efektif dalam jangka pendek dan tidak jangka panjang," tulis AAP dalam pernyataannya.
Menurut bukti-bukti penelitian terbaru, hukuman fisik yang diterima anak terkait dengan meningkatnya perilaku negatif, berdampak pada pola pikir, psikososial, dan emosional.
"Memukul anak bukanlah bentuk pendisiplinan. Dalam beberapa menit, anak akan kembali pada perilaku lamanya. Hukuman ini tidak mengajarkan anak cara meregulasi diri," kata Robert Sege Ph.D, yang ikut menulis panduan AAP ini.
Para pakar di AAP menawarkan alternatif lain untuk membuat anak lebih disiplin.
Misalnya saja untuk anak usia kurang dari setahun, cara terbaik adalah menggendong anak dan memindahkannya ke tempat lain, atau mengalihkan perhatiannya.
Baca Juga : Hukuman Fisik Bikin Anak Berisiko Sakit Jantung dan Obesitas
Seringkali hanya itu yang dibutuhkan anak dan bisa ditangani anak.
"Anak usia 6 bulan belum mengerti aturan. Nanti bertahap seiring usia," katanya.
Untuk anak yang lebih besar, misalnya balita atau usia prasekolah, orangtua bisa menerapkan strategi time-out atau menyuruh anak diam di sudut ruangan untuk memikirkan perilaku "salahnya" selama beberapa menit sesuai usia anak.
Cobalah untuk tak terlalu memberi perhatian ketika mereka melakukan perilaku buruk dan berikan hadiah untuk perilaku yang baik. Bentuknya bisa pujian, pelukan, atau memberi waktu lebih banyak untuk bermain bersama anak.
"Tujuan dari strategi time-out dan bentuk hukuman lain adalah membuat anak bisa meregulasi diri sendiri. Sehingga mereka bisa mengontrol dan mengatur perilakunya sendiri," kata Sege.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Hukuman Fisik Bukan Cara Efektif Bikin Anak Disiplin".
Baca Juga : Hukuman Fisik Picu Sakit Jantung dan Obesitas pada Anak