Advertorial

3 Teori Bagaimana Bangsa Israel Menaklukkan Kanaan Berdasarkan Jejak Arkeologis

Muflika Nur Fuaddah
Adrie Saputra
Muflika Nur Fuaddah
,
Adrie Saputra

Tim Redaksi

Yosua memimpin umatnya ke selatan, lalu menuju bukit Yudea, dan kemudian ke utara, dalam serangkaian kampanye.
Yosua memimpin umatnya ke selatan, lalu menuju bukit Yudea, dan kemudian ke utara, dalam serangkaian kampanye.

Intisari-Online.com - Taurat menceritakan bagaimana bangsa Israel merebut wilayah timur Sungai Yordan yang kemudian dihuni oleh suku Ruben, Gad, dan setengah dari Manasye.

Dalam kitab Yosua kemudian menyajikan versi "resmi" dari penaklukan dan penyelesaian Tanah Perjanjian.

Orang-orang Israel, yang berkumpul di tepi timur sungai Yordan, siap untuk menyeberangi sungai dan menaklukkan tanah Kanaan.

Yosua putra Nun, penerus Musa, pertama kali mengirim mata-mata.

Baca Juga : Benarkah Imigran Bermata Biru Mengubah Israel Kuno 6500 Tahun Lalu?

Didiorong oleh laporan mereka tentang ketakutan orang-orang Kanaan, mereka segera memutuskan untuk menyerang kota Yerikho, kota terkuat di daerah itu.

Jatuhnya Yerikho yang ajaib kemudian membuka jalan.

Yosua memimpin umatnya ke selatan, lalu menuju bukit Yudea, dan kemudian ke utara, dalam serangkaian kampanye yang berhasil dimahkotai oleh penaklukan kota Hazor (kota terkuat di utara).

Penangkapan Shechem tidak disebutkan, tetapi Alkitab menyatakan bahwa begitu penaklukan selesai, orang-orang Israel berkumpul di sana untuk menghadiri kebaktian nasional.

Hal itu merupakan sebuah indikasi bahwa Shechem sudah ada di tangan suku-suku Israel.

Baca Juga : Gaya Hidup Masyarakat Israel Kuno, Termasuk Pakai Jimat Penarik Hati

Perbedaan: Kitab Yosua vs Kitab Hakim-hakim

Validitas historis dari peristiwa penaklukan ini sangat meragukan.

Analisis terhadap teks-teks Alkitab lainnya mengungkapkan banyak perbedaan.

Kitab Hakim-hakim menceritakan kampanye terpisah oleh suku-suku secara individu.

Baca Juga : Perang Atrisi: Saat Militer Israel Diam-diam Berhasil Rampas Radar Buatan Soviet

Meskipun menempatkan peristiwa-peristiwa setelah kematian Yosua, mereka sebenarnya merupakan versi berbeda dari kisah penaklukan.

Kitab Yosua menggambarkan suatu kampanye yang terorganisasi dengan baik dari orang-orang yang disatukan oleh tujuan nasional bersama.

Sementara Kitab Hakim-hakim melaporkan banyak pertempuran terpisah melawan orang-orang Kanaan.

Yakni dilakukan oleh suku-suku individu atau dengan aliansi sementara dari beberapa suku.

Baca Juga : Diprediksi akan 'Babak Belur, Secara 'Ajaib' Militer Israel Malah Menangkan 3 Pertempuran Legendaris Ini

Lebih jauh lagi, menurut Kitab Yosua, seluruh negeri diambil oleh orang Israel, sementara Kitab Hakim-Hakim menyatakan bahwa salah satu masalah parah dari suku-suku itu adalah perjuangan terus-menerus karena pihak Kanaan berhasil mempertahankan kemerdekaan mereka.

Akhirnya, dalam periode yang dicakup oleh Kitab Hakim-hakim, suku-suku dipimpin oleh komandan lokal, dan tidak ada pemimpin nasional tunggal.

Akan tetapi, para sarjana modern percaya bahwa keadaan anarki yang tercermin dalam Kitab Hakim-hakim lebih dekat dengan proses historis sejati penjajahan Kanaan.

Temuan Arkeologis

Baca Juga : Kisah Neturei Karta, Sekte Yahudi Ortodoks yang Ingin Bubarkan Israel dan Bela Palestina

Akhirnya, penelitian arkeologis tidak menemukan jejak kehancuran yang mendadak dari kota-kota besar Kanaan.

Kota Yerikho, misalnya, jelas tidak dihancurkan pada zaman Yosua.

Di sisi lain, penggalian mengungkapkan bahwa banyak permukiman kecil mulai muncul di pinggiran kota-kota Kanaan.

Bangunan tempat tinggal dan tembikar yang khas orang semi nomaden mengindikasikan proses kolonisasi yang panjang dan lama daripada perang singkat dengan penaklukan total.

Baca Juga : Dulu Kaum Yahudi Hampir Memilih Argentina Sebagai Tanah Air, Bukan Palestina

Atas dasar bukti tersebut, sarjana modern menawarkan tiga teori dasar tentang penaklukan Israel terhadap Kanaan.

Dua yang pertama pada dasarnya menerima kebenaran historis dari kisah Eksodus.

Teori pertama menyatakan dua gelombang besar emigrasi dari Mesir, mencapai Kanaan secara terpisah dalam beberapa dekade dan menduduki tanah tersebut.

Teori kedua mengusulkan aliran migrasi terus-menerus dari suku-suku nomaden dari Mesir melalui Sinai dan Mesopotamia.

Baca Juga : Mencegah Uban di Usia Muda Dengan 5 Obat Herbal Rumahan Ini, Yuk Coba!

Mereka kemudian berkumpul di sekitar pusat-pusat keagamaan umum, menjalin aliansi di masa krisis, dan akhirnya dikonsolidasikan ke dalam satu negara.

Teori ketiga lebih mengarah pada orang-orang Kanaan itu sendiri dan menggarisbawahi pentingnya elemen etnis asing.

Menurut pandangan ini, inti dari bangsa Israel terdiri dari para budak dan orang-orang yang tertindas di Kanaan yang meninggalkan tuan mereka untuk menetap di luar kota.

Mereka mungkin bergabung selama bertahun-tahun dengan suku-suku nomaden dari gurun Sinai, tapi etapi jumlahnya tidak banyak.

Baca Juga : Dari Prancis hingga Israel, Seperti Apa Sih Gaya dari Preman-Preman di Negara Tersebut?

Bagaimanapun, semua elemen yang tertindas bergabung untuk bangkit melawan mantan penguasa mereka dan mengambil alih tanah itu.

Dalam prosesnya mereka berkembang menjadi masyarakat nasional yang menemukan sendiri tradisi masa lalu yang sama.

Baca Juga : Kisah Orang Israel Kuno Menginap di 'Tempat Mengerikan' Saat Menuju Kanaan 3200 Tahun Lalu

Artikel Terkait