Advertorial

Dipuji Setinggi Langit, Kemenangan Israel atas Perang Enam Hari Sia-sia, Kok Bisa?

Muflika Nur Fuaddah
Adrie Saputra
Muflika Nur Fuaddah
,
Adrie Saputra

Tim Redaksi

Pertempuran antara Israel dan Arab (Perang Enam Hari/ Six Day War) meletus pada 5 Juni 1967 setelah pesawat tempur Angkatan Udara Israel serbu Mesir.
Pertempuran antara Israel dan Arab (Perang Enam Hari/ Six Day War) meletus pada 5 Juni 1967 setelah pesawat tempur Angkatan Udara Israel serbu Mesir.

Intisari-Online.com - Pertempuran antara Israel dan Arab (Perang Enam Hari/Six Day War) meletus pada 5 Juni 1967) setelah pesawat-pesawat tempur Angkatan Udara Israel berhasil menyerbu Mesir.

Kehadiran pesawat-pesawat Israel itu sebenarnya terdektesi oleh radar Yordania namun ketika Mesir diberi tahu, transmisi berita penting itu tak pernah sampai.

Tapi bagi Yordania serbuan pesawat tempur Israel menuju Mesir berarti tanda dimulainya peperangan.

Pecah di perbatasan Israel dengan Yordania dan Suriah, Perang Enam Hari terutama melibatkan pasukan darat.

Baca Juga : 2700 Warga Israel Tewas, Perang Yom Kippur Beri Dunia Pandangan Mengerikan Akan Perang Modern

Meski begitu dukungan udara juga digunakan.

Alih-alih menyerangpada waktu fajar, Chel Ha'Avir (Angkatan Udara Israel) memutuskan untuk menunggu selama beberapa jam hingga pukul 07.45.

Di pangkalan udara demi pangkalan udara, Operasi Moked dilaksanakan dengn ketepatan yang luar biasa.

Selama perang, pesawat-pesawat Chel Ha'Avir terlibat dalam lusinan pertempuran udara dengan sisa-sisa pesawat tempur Arab.

Baca Juga : Kuil Edom Berusia 2.200 Tahun yang Bersejarah Telah Ditemukan di Israel

Banyak pertempuran dilakukan di atas lapangan-lapangan terbang selama serangan udara awal, dan dogfight berlangsung setiap hari selama perang.

Keberhasilan serangan pendahuluan Chel Ha'Avir yang sebabkan hancurnya kekuatan udara Mesir, Yordania, dan Suriah telah mengganggu rencana perang musuh.

Angkatan Udara Israel telah menerbangkan 3.279 sortie pemburu-pembom selama perang.

Dilaporkan bahwa 469 pesawat terbang Arab dihancurkan selama perang: 391 di darat, 60 dalam duel udara, 3 ditembak jatuh oleh tembakan penangkis serangan udara Israel, dan 15 lainnya hilang karena kehabisan bahan bakar atau jatuh ke darat.

Namun, untuk akhirnya memperoleh kemenangan dan juga meraih supremasi udara di Timur Tengah itu, Chel Ha'Avir mengaku kehilangan 46 pesawat terbang dan 23 lainyya mengalami kerusakan berat.

Baca Juga : Kisah Orang Israel Kuno Menginap di 'Tempat Mengerikan' Saat Menuju Kanaan 3200 Tahun Lalu

Korban awak udara termasuk 24 pilot yang terbunuh, 18 orang terluka, dan tujuh ditawan.

Selama enam hari peperangan, lebih dari 20 persen pesawat garis depannya telah hancur dan 8,4 persen pilotnya terbunuh.

Ketika perang usai, Israel bergembira ria dan angkatan udaranya mendapatkan pujian setinggi langit, baik dari dalam negeri maupun luar negeri.

Tentu saja, sebagaimana diharapkan orang Israel, perdamaian harusnya akan datang.

Baca Juga : Dikenal 'Buas', Ini 5 Senjata Militer Israel yang Paling Mematikan

Karena musuh yang mendapatkan pukulan seperti itu tidak akan pernah berani menantang Israel lagi.

Akan tetapi, kekalahan total Arab tidak berhasil mengamankan sebuah perdamaian yang langgeng.

Uni Soviet memastikan diri menyuplai senjata kembali kepada negara-negara Arab.

Bahkan jauh lebih besar dan lebih modern dibandingkan sekadar untuk menutupi kerugiannya.

Sisa MiG-15 dan MiG-17 digantikan dengan MiG-21 dan Su-7.

Baca Juga : Dogfight Terbesar Sepanjang Masa: Saat 196 Jet Israel dan Suriah Bertempur

Sementara tank-tank T-54 dan T-55 dikirimkan untuk menggantikan tank T-34.

Akibatnya, negara-negara Arab tidak perlu merundingkan sebuah perdamaian abadi di Timur Tengah dan mereka pun tidak ingin melakukan hal itu.

Peperangan terus berlanjut, di mana pasukan Arab mengambil hikmah dari pelajaran pahitnya.

Untuk segera mulai mengambil langkah-langkah mengubah status quo.

Baca Juga : Saat Israel Digandeng Inggris dan Prancis untuk Gulingkan Mesir yang Pamer 'Otot'

Artikel Terkait