Advertorial

Yuk Berkenalan Dengan Mulyono, Pengemudi Go-Jek Pertama yang Punya Kode Khusus ‘Driver 001’

Adrie Saputra
Mentari DP
,
Adrie Saputra

Tim Redaksi

Mulyono atau yang akrab disapa Pak Kumis merupakan pengemudi pertama Go-Jek dan diberi kode khusus, "driver 001'".
Mulyono atau yang akrab disapa Pak Kumis merupakan pengemudi pertama Go-Jek dan diberi kode khusus, "driver 001'".

Intisari-Online.com – Mulyono (52), menjadi salah satu orang yang berkontribusi dalam sejarah berdirinya perusahaan transportasi online di Indonesia, yaitu Go-Jek.

Mulyono atau yang akrab disapa Pak Kumis merupakan pengemudi pertamaGo-Jek dan diberi kode khusus, "driver 001".

Mulyono dulunya merupakan pria biasa yang bekerja sebagai pengemudi ojek pangkalan di kawasan Jakarta Selatan.

Kebetulan, kantor perusahaan Go-Jek saat pertama kali berdiri, berada dekat dengan tempatnya mangkal sebagai ojek pangkalan.

Baca Juga : Driver Go-Jek Ini Tak Menyangka Dirinya Dicari-cari oleh Ridwan Kamil!

"Berawal (masuk) Go-Jek di Jalan Kerinci (dekat Pasar Mayestik), saya masuk Agustus 2010, (perusahaan) berawal dari garasi mobil. Kantornya ukuran 5x7 meter," ujar Mulyono, di AEON Mall Jakarta Garden City, Cakung, Jakarta Timur, Minggu (6/1/2019).

Saat pertama kali dirinya bergabung dengan Go-Jek, sistem pemesanan ojek online belum menggunakan aplikasi seperti sekarang ini.

Saat itu, sistem pemesanan ojek online harus diperantarai seorang narahubung dari pihak Go-Jek.

"Itu, kan, belum pakai aplikasi, by phone. Jadi kita ditelepon call center, ditawarkan orderan, mau ambil atau tidak."

"Jadi kalau mau diambil, dikirim alamatnya (pemesan). Jadi begitu awal mulanya," ujar Mulyono.

Selain bedanya sistem pemesanan, ia juga menceritakan bahwa jaket Go-Jek dahulu tidak berwarna hijau seperti sekarang ini.

Warna jaket atau seragam untuk mitra atau pengemudi Go-Jek dulunya berwarna abu-abu.

Baca Juga : Susul Keberhasilan Go-Jek, Tahun Ini akan Ada Startup Lokal Baru dengan Valuasi Lebih dari Rp13,3 Triliun

Intimidasi dan pengalaman

Pria kelahiran Sragen tersebut lalu menceritakan, tranformasinya dari seorang pengemudi ojek pangkalan menjadi pengemudi ojek onlinemenemui jalan berliku.

Belum banyaknya pengemudi ojek onlinedi Jakarta dan sekitarnya dahulu membuat Mulyono mendapatkan berbagai intimidasi, khususnya dari para pengemudi ojek pangkalan.

Intimidasi yang paling menakutkan adalah saat dirinya diancam dengan golok oleh sejumlah tukang ojek pangkalan.

"Kami sering banget diintimidasi sama (pengemudi) opang-opang. Saya pernah ditimpuk, saya di Graha Raya pernah dikalungin golok, tetapi saya pasrah, saya mencari nafkah dan tidak mengganggu," ujar Mulyono.

Bahkan dirinya pernah dikejar segerombolan tukang ojek pangkalan, saat ia menerima pesanan di Cikarang, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat.

Meski demikian, lanjut dia, menjadi pengemudi ojek online juga membuatnya menemui berbagai pengalaman mengesankan.

Salah satu pengalaman yang berkesan bagi dirinya saat perhelatan Asian Games 2018 di Jakarta, di mana ia mengantar warga negara asing (WNA) ke kawasan Cinere, Depok.

Saat menjemput WNA tersebut, Mulyono menemui pelanggannya terlihat menangis di kawasan Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta Pusat.

"Itu customer saya jemput dengan menangis, saya, kan, bingung. Saya bilang 'Kenapa Miss?'.”

"Jadi sudah lebih dari dua jam dia order Go-Jek, tidak ada yang ambil, karena mungkin jauh, sekitar 15 kilometer dari GBK."

"Akhirnya saya ambil, intinya itu customer merasa berterima kasih sekali, karena saya antar sampai tujuan," katanya.

Baca Juga : Driver Go-Jek Ini Tak Menyangka Dirinya Dicari-cari oleh Ridwan Kamil!

Nadiem, nama anaknya...

Menjadi pengemudi ojek Go-Jek rupanya tidak hanya meninggalkan kesan suka dan duka bagi Mulyono.

Pria berusia 52 tahun tersebut mengaku perekonomian keluarganya membaik sejak beralih profesi menjadi pengemudi ojek online.

"Dengan tarif Rp 4.000 per kilo (meter), wah luar biasa, sejahtera. Ya (penghasilan terbesar) di kisaran Rp 6 juta sampai Rp 7 juta," ujar Mulyono.

Bahkan ia pernah mendapatkan telepon genggam baru dari Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi.

"Senang sekali menerima hp dari Pak Menteri, kebetulan pagi tadi hp saya pecah karena jatuh. Tahunya malah dapat rezeki kaya begini," ucapnya.

Sebagai orang yang telah menggeluti profesi sebagai pengemudi ojek online lebih dari 8 tahun, Mulyono tentu sudah banyak merasakan asam garam dari pekerjaan tersebut.

Namun, kecintaannya terhadap Go-Jekyang membuat dirinya sampai saat ini bertahan menggeluti profesi ini.

Puncak kecintaan Mulyono terhadap perusahaan tempat ia bernaung adalah saat ia memberi nama anak terakhirnya, Nadiem Saputra.

Nama depan yang serupa dengan pendiri Go-Jek, Nadiem Makarim.

Ke depannya, ia berharap agar profesi ojek online memiliki regulasi yang jelas dari pemerintah, khusunya Kementerian Perhubungan.

Ia juga meminta perusahaan penyedia jasa ojek onlineuntuk memperhatikan kesejahteraan para pengemudinya.

"Mudah-mudahan dengan dibuatnya regulasi, perusahaan (penyedia jasa ojek online) lebih memperhatikan mitra-mitranya, terutama.”

“Tolonglah kami-kami ini dimanusiakan dalam segi hal apa pun, tentang penghasilan, kenyamanan, dan sebagainya," ujar Mulyono. (Kurnia Sari Aziza/Kompas)

(Artikel ini telah tayang diKompas.comdengan judul "Berkenalan dengan Mulyono "Driver 001", Pengemudi Pertama Go-Jek...")

Baca Juga : Ini Cara Mudah Bandingkan Tarif Go-Jek, Grab, dan Uber Tanpa Harus Buka Ketiga Aplikasinya

Artikel Terkait