Advertorial

Kisah Kelabu di Balik Sejarah Lahirnya Peringatan Hari Ibu...

Intisari Online
Ade Sulaeman

Tim Redaksi

Hari Ibu awalnya merupakan ungkapan berkabung bagi para perempuan yang ditinggal oleh suaminya semasa perang dunia.
Hari Ibu awalnya merupakan ungkapan berkabung bagi para perempuan yang ditinggal oleh suaminya semasa perang dunia.

Intisari-Online.com -Hari Ibu tidak hanya dirayakan di Indonesia. Peringatan serupa juga dikenal di berbagai negara di belahan dunia lain.

Sebuah hari yang istimewa bagi perempuan yang selalu menggambarkan ungkapan kasih dan kebahagiaan.

Para anak -baik tua maupun muda, berlomba-lomba menyampaikan ungkapan kasih dan sayangnya kepada sang ibu. Salah satunya tentu lewat media sosial.

Namun, adakah yang tahu sejarah di balik peringatan ini?

Baca Juga : 5 Ide Hadiah untuk Hari Ibu yang Memiliki Arti Mendalam, Yuk Contek!

Awal mula Hari Ibu bukanlah momen untuk mengungkapkan kasih sayang atau rasa terimakasih pada orang yang melahirkan kita. Ada kisah kelabu di balik perayaan Hari Ibu.

Hari Ibu awalnya merupakan ungkapan berkabung bagi para perempuan yang ditinggal oleh suaminya semasa perang dunia.

Adalah Anna Jarvis yang dianggap sebagai orang pertama yang membuat Hari Ibu menjadi populer.

Perayaan Hari Ibu berawal dari tahun 1850-an, ketika Ana Jarvis dengan organisasinya yang bernama Ann Reeves Jarvis menggelar acara Hari Ibu dengan mendirikan klub kerja.

Baca Juga : (Video) Hebat! Ibu Ini Tembak Mati Perampok yang Menodong Para Ibu dan Anak-anak di Peringatan Hari Ibu

Kelompok kerja itu mengemban misi untuk memperbaiki sanitasi dan menurunkan angka kematian bayi.

Kelompok yang dibentuk oleh Anna mencoba menekan angka kematian bayi dengan melawan penyakit, dan mengurangi pencemaran pada susu.

Menurut sejarawan Katharine Antolini dari West Virginia Wesleyan College, kelompok tersebut juga merawat tentara -dari kedua belah pihak, yang terluka selama Perang Saudara di AS, dari tahun 1861-1865.

Pada tahun-tahun sesudah perang, Anna Jarvis dan perempuan lainnya menyelenggarakan piknik Hari Persahabatan Ibu, serta acara lainnya sebagai strategi untuk mendamaikan pihak yang bertikai.

Julia Ward Howe, komposer "The Battle Hymn of the Republic", menerbitkan "Proklamasi Hari Ibu" yang banyak dibaca pada tahun 1870.

Isi proklamasi tersebut meminta wanita untuk mengambil peran politik aktif dalam mempromosikan perdamaian.

Di waktu yang sama, Anna Jarvis telah memulai Hari Persahabatan Ibu untuk seluruh pihak di negaranya.

Anna Jarvis memiliki peran besar terhadap populernya Hari Ibu ini.

Anna Jarvis tidak pernah memiliki seorang anak. Tapi, kematian ibunya pada tahun 1905 menginspirasinya untuk mengatur peringatan Hari Ibu pertama di tahun 1908.

Baca Juga : Untuk Ibu yang Mulai Menua, Mengajaknya Konsumsi 5 Makanan Bisa Jadi Hadiah di Hari Ibu

"Mother's Day" bukan "Mothers' Day"

Pada tanggal 10 Mei 1908, seluruh keluarga berkumpul di acara Jarvis's hometown of Grafton, West Virginia, tepatnya di sebuah gereja yang sekarang berganti nama menjadi Mother's Day Shrine atau "Kuil Hari Ibu".

Kuil Hari ibu juga didirikan di Philadelphia, tempat Jarvis tinggal pada waktu itu, dan juga di beberapa kota lainnya.

Berkat usaha Anna Jarvis, Hari Ibu mulai dirayakan di sejumlah kota dan di seluruh negara bagian AS.

Hingga kemudian di tahun 1914, Presiden AS Woodrow Wilson secara resmi menyatakan bahwa Hari Ibu di AS, jatuh pada hari minggu kedua di bulan Mei, dan ditetapkan sebagai hari libur.

"Hari ibu bukan untuk merayakan semua ibu, itu untuk merayakan ibu terbaik yang pernah Kamu kenal, ibumu sendiri," ucap Antolini.

Antolini adalah penulis buku 'Memorializing Motherhood: Anna Jarvis and the Defense of Her Mother's Day'.

Antolini mengatakan, mungkin karena alasan itu pula Anna Jarvis menulis Hari Ibu dalam bentuk tunggal (mother's day) bukan jamak (mothers' day).

Namun, kesuksesan Jarvis segera berubah menjadi kegagalan, setidaknya di matanya sendiri.

Penyalahgunaan momen Hari Ibu

Bagaimana tidak? Gagasan Anna Jarvis tentang Hari Ibu dengan cepat menjadi tambang emas komersil yang berpusat pada pembelian dan pemberian bunga, permen, dan kartu ucapan.

Bagi Jarvis, hal ini sangat mengganggu. Dia mulai mendedikasikan dirinya dan warisan besarnya untuk mengembalikan makna terhormat dari adanya perayaan Hari Ibu ini.

Anna Jarvis bergabung dengan the Mother's Day International Association dan berusaha mengembalikan makna asli Hari Ibu.

Dia melakukan gerakan boikot, mengancam tuntutan hukum, dan bahkan memprotes Ibu Negara Eleanor Roosevelt karena menggunakan Hari Ibu untuk mengumpulkan dana amal.

"Pada tahun 1923 dia memprotes konvensi penjual manisan di Philadelphia" kata Antolini.

Tahun 1925 Anna Jarvis pernah juga memprotes organisasi The American War Mothers yang menggunakan Hari Ibu untuk penggalangan dana, dan menjual anyelir setiap tahun.

"Anna membenci itu, jadi dia memprotes konvensi 1925 di Philadelphia dan benar-benar ditangkap karena dianggap mengganggu konvensi," ucap Antolini.

Usaha keras Jarvis untuk mereformasi Hari Ibu berlanjut sampai setidaknya awal 1940an. Pada tahun 1948 dia meninggal di usia 84 Tahun di Philadelphia's Marshall Square Sanitarium.

"Perempuan ini, yang meninggal tanpa uang sepeser pun di sebuah sanatorium dalam keadaan demensia, adalah seorang wanita yang bisa mendapatkan keuntungan dari Hari Ibu jika dia mau," kata Antolini.

"Tapi dia mencerca orang-orang yang melakukannya, dan dia membayar mahal atas semua usahanya, baik secara fisik maupun finansial," tambahnya.

Baca Juga : Hari Ibu, Menteri Susi ‘Ancam’ Tenggelamkan Mereka yang Tak Ingat Ibunya

Salah paham

Tidak ada salahnya memang memberi hadiah untuk ibu, orang yang melahirkan kita. Tapi, jika pemberian hadiah itu hanya sekadar ikut-ikutan tren, tentu saja tak ada artinya.

Konsep Hari Ibu saat ini telah berubah menjadi mesin konsumerisme.

Menurut the National Retail Federation, orang AS akan menghabiskan rata-rata 163 dollar AS atau kira-kira Rp 2,2 juta untuk kado di Hari Ibu tahun ini.

Total belanja diperkirakan mencapai 19,9 miliar dollar AS.

Asosiasi Restoran Nasional AS melaporkan, Hari Ibu adalah hari libur paling populer di tahun ini, salah satunya untuk bersantap di luar rumah.

Semua orang pun pasti setuju jika Hari Ibu menjadi hari libur yang istimewa.

Hallmark, perusahaan yang menjual kartu di Hari Ibu pada awal tahun 1920an, melaporkan bahwa Hari Ibu adalah hari libur nomor tiga untuk saling bertukar kartu di AS.

Hallmark mengungkapkan, sekitar 133 juta kartu Mother's Day dikirimkan setiap tahun. Setelah Natal, ini adalah hari libur terpopuler kedua untuk memberi hadiah.

Hari Ibu Mendunia

Hari libur yang digagas Anna Jarvis telah menyebar ke sebagian besar dunia, meski dirayakan dengan antusiasme yang bervariasi, dalam berbagai cara, dan di hari yang berbeda.

Di sebagian besar jasirah Arab, Hari Ibu dirayakan pada tanggal 21 Maret, yang kebetulan bertepatan dengan awal musim semi.

Di Panama Hari Ibu dirayakan pada 8 Desember, sebagai ungkapan syukur kepada Bunda Maria.

Di Thailand ibu-ibu dihormati pada 12 Agustus yang merupakan ulang tahun Ratu Sirikit, yang telah memerintah sejak 1956, dan dianggap oleh banyak orang sebagai ibu bagi semua orang Thailand.

Sementara di Inggris, perayaan Hari Ibu dikenal dengan Mothering Sunday yang dirayakan pada hari minggu keempat di masa Prapaskah.

Di Indonesia

Sementara, Hari Ibu di Indonesia ternyata lebih menyoroti peran perempuan dalam membangun Bangsa.

Ketika Kongres Perempuan Indonesia III tahun 1938 memutuskan tanggal 22 Desember sebagai Hari Ibu, para pencetus tengah memperjuangkan kemerdekaan, dan perbaikan keadaan perempuan Indonesia.

Wacana itu disuarakan pertama kali dalam Kongres Perempuan Indonesia I pada 22-25 Desember 1928 di Yogyakarta.

Saat itu, kongres juga memperjuangkan perbaikan gizi dan kesehatan bagi ibu dan anak balita, menghentikan pernikahan dini, serta perdagangan perempuan dan anak.

Selain itu, para pencetusnya juga mendorong peningkatan pendidikan dan ekonomi, serta peran perempuan dan pembangunan.

(Ariska Puspita Anggraini)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kisah Kelabu di Balik Sejarah Hari Ibu...".

Baca Juga : Kelamnya Sejarah Hari Ibu, Mulai dari Disebut Kenakan-kanakan Hingga Dianggap Tak Masuk Akal