Selain itu, pusat evakuasi tidak higienis, rumah darurat tersebut hanya akan melindungi sepuluh orang.
Ketika pembangunan berlanjut, mereka kembali tinggal di reruntuhan dengan tertatih-tatih di bekas rumah mereka.
"Rumah kami bertahan dari gempa tetapi tsunami terlalu banyak. Ombak setengah setinggi itu," kata Nanang, menunjuk ke menara telekomunikasi setinggi 20 meter.
Penduduk berlari, sejauh dan secepat mungkin, mereka bisa mendengar deru lautan namun mereka tidak bisa menghindarinya.
Baca Juga : Jajan Kerang di Restoran, Pria Ini Malah Dapat Sebutir Mutiara, Harganya Bikin Kaya Mendadak
Sekitar 50 dari 1.000 warga di lingkungan tersebut tewas, kata orang-orang yang selamat.
Semantara hingga kini pemerintah masih terus memberikan bantuan, mengevakuasi jenazah dan membersihkan daerah tersebut.
Sementara Eko dengan kayakinannya ia tetap bertahan di tanah tempat tinggalnya dan membangun kembali puing-puing rumahnya.
"Kami akan mulai lagi di sini sendiri karena Tuhan tidak menyerang dua kali," kata Eko.
"Kami bisa membuat bangunan sekuat yang kami bisa, tetapi seberapa tinggi kita akan membangunnya? dan bagaimana kita bisa menahan kekuatan alam" Tutupnya.
Penulis | : | Afif Khoirul M |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR