Tapi semua itu dianggapnya wajar-wajar saja.
"Lagi pula tak semua orang memperlakukan begitu. Teman-teman saya tak rnembedakan saya dengan yang lain," kata Puti.
Begitu pula dengan keluarganya. Ortunya tak menuntut banyak terhadap dirinya.
"Bebas saja. Mereka tentu memberi nasehat agar saya bisa menjaga diri. Tapi Papa mengatakan itu bukan dalam kaitan dengan predikat yang menempel di diri Papa atau saya. Tapi lebih kepada nasehat ortu kepada anaknya," lanjutnya.
Termasuk juga dalam soal sekolah.
Puti bebas memilih jurusan di perguruan tinggi.
Tapi dari pilihannya, FISIP dan Fakultas Hukum Ul, tampaknya pilihannya tak lepas dari dunia yang pernah digeluti kakeknya almarhum.
Artikel ini pernah dimuat di Majalah HAI edisi 32/XIV tahun 1990 dengan judul “Arti Kemerdekaan Kata Cucu Bung Karno”
(Baca juga: Misteri Kubah Batu Yerusalem: Sumur Jiwa, Pusat Dunia, dan Tempat Disimpannya Tabut Perjanjian)
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR