Intisari-online.com - Manusia yang telah berproses ke arah lebih baik pada akhirnya akan menemukan bahwa memberi lebih membahagiakan ketimbang menerima.
Dalam sebuah riset di Amerika Serikat beberapa tahun lalu, sejumlah peneliti mengumpulkan sejumlah orang.
Masing-masing peserta diberi uang AS$5 (sekitar Rp73 ribu).
Mereka diberi 2 pilihan, membelanjakannya untuk diri sendiri atau memberikannya ke orang lain.
Setelah diteliti, grup yang memilih untuk memberikan ke orang lain merasa lebih bahagia.
BACA JUGA: Misteri Di Balik Terjadinya Hujan Ikan Yang Jatuh dari Langit
BACA JUGA: Catat! Inilah Daftar Smartphone yang Tak Bisa Lagi Pakai WhatsApp Mulai Januari 2018
Apa yang terjadi pada tubuh manusia saat ia berbagi?
Syaraf kesenangan di otak menyala, seolah-olah kita menjadi pihak penerima, bukan pemberi.
Hormon endorphin (zat kimia yang berkorelasi dengan rasa senang dan imunitas) dalam tubuh terpacu.
Tubuh melepaskan oksitosin, biasa dikenal sebagai hormon cinta karena sering muncul saat kita berhubungan intim dan efektif meredakan stres.
Kadar oksitosin yang dilepaskan tubuh akan membuat kita makin berempati kepada orang lain dan ini menular (ke pihak penerima). Setidak-tidaknya hingga 2 jam ke depan.
Itulah kenapa, orang yang menerima kebaikan biasanya ingin membalas kebaikan yang diterimanya atau melakukan kebaikan juga ke orang lain.
Penulis | : | Yoyok Prima Maulana |
Editor | : | Yoyok Prima Maulana |
KOMENTAR