Justru membuat dirinya makin menjadi Arab nasionalis.
Sikap nasionalis itu mulai ditunjukan Arafat dengan membantu menyelundupkan senjata dari Mesir kepada pejuang Palestina sejak 1946.
(Baca juga: Perang Enam Hari, Mengingat Kembali Sejarah Jatuhnya Yerusalem ke Tangan Israel)
Penggalangan senjata itu sangat berguna saat Perang Arab-Israel meletus tahun 1948.
Arafat beserta simpatisan lainnya untuk sementara meninggalkan bangku kuliah dan turut bertempur di kawasan Palestina.
Visi Palestina merdeka mulai dikobarkan oleh Arafat dan visi itu terus digelorakannya pada tahun-tahun berikutnya.
Saat kembali lagi ke kampus dan mendalami ilmu teknik sipil, Arafat membentuk organisasi mahasiswa Union of Palestinian Students dengan tujuan memperjuangkan negara Pelestina Merdeka.
Arafat juga menjadi anggota militer aktif Mesir ketika konflik Terusan Suez berkecamuk.
Gerakan Palestina Merdeka (People Liberation Organisation/PLO) yang dikobarkan Arafat ternyata mendapat banyak dukungan.
Salah satunya dari rekan-rekannya yang berasal dari Kuwait, Yahia Ghavani dan Abu Jihad.
Bersama rekannya itu, Arafat lalu membentuk organisasi al Fatah yang mempunyai kekuatan militer sehingga perjuangan fisik melawan Israel makin nyata.
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR