Advertorial
Intisari-Online.com – Manusia katanya punya usus buntu, apa fungsi yang sebenarnya?
Benarkah terlalu sering makan jambu biji atau cabai bisa membuat radang usus buntu?
Usus buntu atau umbai cacing adalah sebuah organ yang bentuknya menyerupai cacing, dan merupakan perpanjangan dari sekum (bagian dari usus besar).
Panjangnya sekitar 8 – 10 cm namun dapat bervariasi dari 2 cm hingga 20 cm.
Masih banyak kalangan yang mempertanyakan fungsi dari usus buntu ini.
Namun, Prof. Loren G. Martin dari Oklahoma State University, berpendapat bahwa usus buntu memiliki dua fungsi diantaranya berperan dalam proses ketahanan dan mekanisme pengaturan lingkungan pada janin.
Sementara itu, pada tubuh manusia dewasa, apendiks memiliki fungsi sebagai organ limfatik yang berhubungan dengan mekanisme sistem imun manusia, yang salah satunya melalui mekanisme mukosa dan usus.
Usus buntu atau appendix vermivormis dalam bahasa latinnya adalah suatu bagian dari seluruh rangkaian usus.
Setelah melalui proses pencernaan di lambung, maka makanan akan mencapai bagian usus untuk proses pencernaan selanjutnya.
Dimulai dari usus 12 jari berlanjut ke usus halus lalu usus besar dan berakhir di pelepasan atau anus.
(Baca juga: Terkuak Sudah Fungsi Usus Buntu)
Mitos yang menyebabkan bahwa memakan jambu biji atau cabai dapat menyebabkan gangguan usus buntu adalah tidak benar.
Apendisitis (radang usus buntu) merupakan sebuah proses peradangan yang terjadi pada lapisan dalam dari apendiks (usus buntu), yang menyebar hingga ke area di sekitarnya.
Bila dijelaskan, prosesnya seperti ini: proses pencernaan akan memproses material sisa untuk menjadi masa feses atau tinja.
Tinja tidak dibentuk langung dalam ukuran besar tapi tinja dibentuk dari partikel-partikel kecil yang menggumpal menjadi besar.
Nah, karena partikel kecil inilah maka bila ia terjebak di apendiks dapat menyebabkan terjadi reaksi usus buntu.
(Baca juga: Sering Alami Operasi Pengangkatan, Usus Buntu Termasuk Organ Tubuh yang Tak Berguna?)
Apendisitis bisa juga disebabkan karena infeksi, seperti infeksi virus gastrointestinal, atau mungkin karena jenis pembengkakan lainnya.
(Seperti pernah dimuat di Majalah Hai edisi XXXVIII 2014)